Sunday, July 3, 2011

sedikit info tentang kemunculan sufi

Pada hakikatnya ajaran tasawuf yang dianuti umat Islam bercorak panteistis, hasil dari konsep falsafah yang disebut monisme. Iaitu konsep yang menyatakan bahawa Tuhan dan alam adalah satu. Bahkan jika ditelusuri lebih jauh, konsep monisme dengan panteismenya ternyata bersumber dari ajaran Hindu.

Drs H Abdul Qadir Djaelani seorang da'i yang pernah terkurung di penjara di masa Soeharto akibat menentang asa tunggal Pancasila dsb, produktif menulis buku (kini sekitar 14 buku diantaranya menanggapi pendapat-pendapat pembaharu/ neomodernis) ini merasa rimas melihat merebaknya tasawuf dan tarekat di kalangan umat Islam. Dia menulis kritikan tajam terhadap tasawuf dalam buku yang berjudul Koreksi terhadap Ajaran Tasawuf diterbitkan GIP Jakarta, cet I 1996, 240 halaman. Dia mencela tokoh-tokoh tasawwuf yang dia nilai melenceng dari Islam seperti Al-Hallaj yang dibunuh oleh para ulama dan Ibnu Arabi yang dikafirkan oleh para ulama.

Berbagai metode ajaran tasawuf dibongkar dalam buku ini, yang menurut Abdul Qadir (AQ) menyimpang dari Islam seperti zuhud, bai'at dan ketaatan mutlak, wasilah dan rabithah, serta uzlah dan khalwat. Ia juga mencela praktik
ecstasy (junun) yang dilakukan para sufi (orang tasawuf).
Secara tegas,
Abdul Qadir mengawali bukunya dengan ungkapan yang menyentak, bahawa teori-teori yang diajarkan oleh berbagai jenis aliran tasawuf, baik teori wihdatil wujud, wihdatus syuhud, al-ittihad, al-ittishal, al-hulul, atau al-liqa', semuanya bersifat panteistis. bersumber dari Hindu yang berpengaruh terhadap Yunani kuno dan kemudian diresapkan kedalam islam melalui tasawuf dengan melalui penerjemahan-penerjemahan yang kebanyakan dilakukan oleh orang-orang Kristian zaman kekhalifahan abad kedua Hijriah.

Istilah Sufi

Jika istilah "sufi" ini diduga berasal dari kata shophia (bahasa Yunani), maka hal ini lebih dapat diterima. Sebab, sumber pemikiran Islam yang kedua setelah Al-Quran dan al-Hadits berasal dari negeri-negeri seperti Syria, Mesir, dan Persia, dengan fikiran-fikiran Yunani menjadi induk pemikiran di negeri-negeri tersebut. Fikiran neoplatonisme (Plotinus, wafat 269M), filosofis Kristian yang mengajarkan tentang emanasi dan panteisme --yang sangat berpengaruh di dunia Kristian-- juga berasal dari fikiran Yunani, khususnya fikiran Aristoteles dan Prophiry. (hal 13).

Sementara itu, dari data yang terungkap, orang pertama yang mendapat gelaran "sufi" adalah Abu Hasyim Al-Kufi (wafat 150 H/ 761M) dari Kufah, bukan dari Makkah atau Madinah, dan ia dari generasi tabi'in, bukan dari generasi sahabat. Sedangkan di sudut lain, masa terjemahan telah terjadi terlebih dahulu, paling tidak
beberapa puluh tahun sebelum munculnya orang pertama yang bergelar sufi itu.
Jika istilah "sufi" itu juga dianggap berasal dari kata shuf (bulu biri-biri, wol kasar) yang biasa dipakai oleh para sufi Kristian, hal ini dapat diterima, bahkan antara kata shophia dan shuf saling menguatkan. Sebab ajaran sufi di dunia Kristian yang paling berpengaruh berasal dari Plotinus, sehingga sangat logik jika aliran ini berpengaruh pada kaum sufi Kristian di Syria, Mesir, Baghdad dan Yaman. Lebih memperkuat lagi ialah bahawa kaum sufi muslim pada umumnya memakai kain shuf. (hal 14).

Selanjutnya
Abdul Qadir mengemukakan definisi tasawuf dengan mengutip beberapa orang di antaranya pendapat Bandar bin al-Husein, Sahal bin Abdullah at-Turturi, dan Al-Junaid (wafat 910M, tokoh tasawuf yang rasmi dianut oleh orang tradisionalis di Indonesia). Al-Junaid berkata: "Tasawuf bererti bahawa Tuhan menjadikan kamu mati, untuk hidup kembali di dalam-Nya." (hal 15). Sedangkan Abu Yazid Busthami berkata: "Jika aku terhapus, maka Tuhan adalah kaca-Nya sendiri dalam aku." (hal 15).
Lalu
Abdul Qadir menyimpulkan, pengertian tasawuf menurut istilah, tidak lain iaitu suatu usaha yang sungguh-sungguh dengan jalan mengasingkan diri sambil bertafakur, melepaskan diri dari segala yang bersifat duniawi dan memusatkan diri hanya kepada Tuhan sehingga bersatu dengan-Nya.

Tasawuf dari Hindu

Abdul Qadir berkeyakinan bahawa tasawuf itu berasal dari Hindu di antaranya dengan bukti: tujuan akhir dari peribadahan dalam agama Hindu adalah bersatunya kembali antara atman (ruh atau substansi) dengan brahman (ruh alam semesta atau Tuhan). Ajaran Hindu sangat berpengaruh terhadap bangsa Yunani kuno, baik dalam bentuk mitologi, falsafah, mahupun mistik. Sehingga kita ketahui bahawa Plato dan Pythagoras adalah dua tokoh penganut ajaran reinkarnasi yang berasal dari ajaran Hindu. (hal 9).

Menurut M Horten (yang didukung R Hartman), tasawuf berasal dari alam pemikiran India. Dalam hal ini Horten telah melakukan penelitian yang lama untuk menguatkan pendapatnya itu. Akan tetapi pendapat tersebut kemudian ia diperbaruhi setelah ia melakukan analisis terhadap tasawuf al-Hallaj, al-Busthami, dan al-Junaid, dengan mengatakan bahawa tasawuf abad ketiga Hijriah-lah yang sangat dipengaruhi alam pemikiran India, terutama ajaran al-Hallaj. Horten pun berusaha keras mengukuhkan teorinya ini dengan salah satu penelitiannya untuk menetapkan bahawa tasawuf berasal dari sumber India. Penelitian fisiologi yang dilakukannya terhadap berbagai terminologi para sufi Persia akhirnya membuatnya berkesimpulan bahawa tasawuf berasal dari aliran Vedanta di India. (hal 18).
Sementara itu Hartman, yang berusaha keras pula, membuktikan asal usul atau sumber tasawuf dari India. Ia mengemukakan pendapatnya sebagai berikut:

1. Kebanyakan angkatan pertama sufi berasal bukan dari Arab. Misalnya Ibrahim bin Adham, Syaqiq al-Balakhi, Abu Yazid al-Busthami, dan Yahya ibn Ma'az ar Radzi.
2. Kemunculan dan penyebaran tasawuf untuk pertama kalinya adalah di Khurasan (Parsi).
3. Pada masa sebelum Islam, Turkestan merupakan pusat pertama berbagai agama dan kebudayaan Timur dan Barat. Dan ketika para penduduk kawasan itu memeluk agama Islam, mereka mewarnainya dengan corak mistisisme lama.
4. Kaum muslim sendiri mengakui adanya pengaruh India tersebut.
5. Aksetisisme Islam (kebatinan) yang pertama adalah bercorak India, baik dalam kecenderungannya mahupun metode-metodenya. Keluasan batin, pemakaian tasbih, misalnya, merupakan gagasan dan praktik yang berasal dari India. (hal 19).

Berasal dari Yunani dan asing

Kemudian cukup banyak para orientalis yang berpendapat bahawa tasawuf berasal dari tradisi pemikiran Yunani. Para orientalis yang berpendapat seperti ini lebih menaruh perhatian terhadap tasawuf yang mulai muncul pada abad ketiga Hijriah, melalui Dzun Nun al-Mishri, wafat 245H. (hal 19).
Muhammad Al-Bahiy (intelektual Islam Mesir) menyatakan tentang adanya intervensi (penyusupan) alam pikiran asing, seperti paganisme Mesir, agama Budha, agama Hindu, agama Zaratrusta, ajaran Manu, Kristian, Yahudi, dan falsafah Yunani.

Dalam kaitan ini secara khusus falsafah Yunani telah:
1. Menimbulkan aliran-aliran falsafah di antaranya:
a. falsafah metafizika yang diwakili oleh Ibnu Sina di Timur dan Ibnu Rusyd di Barat;

b. falsafah alam (fizik) yang diwakili oleh Abu Bakar ar-Razi.

c. falsafah emanasi yang diwakili oleh Suhrawardi.


2. Membantu kelahiran:
a. tasawuf zuhud yang diwakili oleh Abdul Haris al-Muhasibi;
b. tasawuf falsafah yang diwakili oleh al-Ghazali;

c. tasawuf India, Kristian, dan neoplatonisme yang diwakili oleh Ibnu Arabi, Ibnu Sab'in, dan al-Hallaj. (hal 23).
Selanjutnya,
Abdul Qadir membuktikan bahawa esensi ajaran tasawuf dan praktik-praktik amaliahnya berasal dari asing, yakni Kristian, Yunani, dan Hindu, maka secara prinsipil bertentangan dengan Islam.
Kalau Abdul Qadir Djaelani membuktikannya dengan buku setebal 240 halaman, maka secara mudah ulama tua KH Ghofar Isma'il (almarhum, ayah penyair dr Taufik Isma'il) dalam ceramah-ceramah pengajian tafsirnya cukup menjelaskan pada umat, kalau ada guru yang memberikan amalan-amalan (lafal-lafal dzikir) untuk dibaca sekian kali, itu harus dilandasi hadits yang shohih. Bila tidak, maka perlu diragukan kebenarannya.

tasawuf belitan iblis

H Hartono Ahmad Jaiz

islamic media info ibnuisa files

0 comments:

Post a Comment