Sunday, July 3, 2011

“Bila Surga dan Neraka tak pernah ada”

Ikhlas menurut pandangan sufi: “Bila Syurga dan Neraka tak pernah ada”


Beberapa tokoh sufi cuba memisahkan makna ibadah antara cinta (mahabbah), harapan (raja’), dan takut (khauf). Menurut mereka ibadah haruslah mengedepankan cinta (mahabbah) saja kepada Allah. Memiliki harapan akan syurga dan takut kerana seksa di neraka dinilai oleh para tokoh sufi tersebut mengotori dari keikhlasan dalam beribadah. Bahkan sering kita mendengar, bila syurga dan neraka tak pernah ada, apakah kita masih melakukan apa yang menjadi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya?
Apakah kita berdosa bila menginginkan syurga dan takut akan diseksa dalam neraka?
Apakah ibadah akan memiliki kecacatan bila kita mengharapkan pahala dari ibadah kita?
dan yang paling akhir sekali adalah apakah kita masih dapat disebut ikhlas bila kita masih mengharapkan syurga dan takut akan diseksa dalam neraka ?

Jawapannya adalah dengan mencontohi junjungan kita Rasulullah SAW dalam berdoa
“Ya Allah, Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari seksaan kubur, seksa neraka Jahanam, fitnah kehidupan dan setelah mati, serta dari kejahatan fitnah Almasih Dajjal.” (HR. Al-Bukhari 2/102 dan Muslim 1/412. Lafazh hadits ini dalam riwayat Muslim.)

“Ya Allah! Aku mohon kepada-Mu. Sesungguhnya bagi-Mu segala pujian, tiada Tuhan (yang hak disembah) kecuali Engkau Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Mu, Maha Pemberi nikmat, Pencipta langit dan bumi tanpa contoh sebelumnya. Wahai Tuhan Yang Maha Agung dan Maha Pemurah, wahai Tuhan Yang Hidup, wahai Tuhan yang mengurusi segala sesuatu, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu agar dimasukkan ke Surga dan aku berlindung kepada-Mu dari seksa neraka.” (HR. Seluruh penyusun As-Sunan. Lihat Shahih Ibnu Majah 2/329.)
Jelaslah bahawa Rasulullah mengajarkan kepada kita dalam beribadah selain mengedepankan cinta (mahabbah) namun tetap mengharapkan (raja’) surga, dan takut (khauf) agar dijauhkan dari seksa api neraka.

Ketiganya (cinta, harapan, dan takut) tidak dapat dipisahkan dan diasing-asingkan dalam ibadah.

Seseorang yang memiliki rasa cinta yang tinggi kepada Allah akan melakukan seluruh syariat dengan hati yang ringan disertai luapan kalbu sebagai bukti akan kecintaannya kepada Allah. Seorang pencinta akan berhias dan berwangi dalam solatnya melebihi pertemuan dengan orang yang paling ia cintai. Ia selalu menanti-nanti waktu solat selanjutnya. Ia tetap memiliki keinginan masuk syurga, kerana hanya di syurga kelak dia akan dapat memandang wajah Kekasihnya.

Ia takut berada di neraka kerana tak mungkin ia dapat hidup selama sedetikpun di sana.
Neraka adalah tempat bagi umat yang banyak melanggar larangan-Nya, dan bukan tempat bagi umat yang mencintai Rabbnya dan selalu setia menjalankan syariat-Nya.
Tokoh sufi perempuan yang sangat dihormati seperti Rabiatul Adawiyah yang mengembangkan konsep cinta kepada Rabb, sering menangis kerana Allah. Saat orang-orang bertanya kepadanya mengapa ia menangis, Rabiatul Adawiyah menjawab, “Aku takut Allah akan berkata kepadaku disaat menghembus nafas terakhir : jauhkan dia dariKu kerana dia tak layak berada di majlis-Ku”.

Lalu dimanakah tempat yang layak agar kelak kita dapat memandang Dzat-Nya yang indah kalau bukan di Syurga-Nya? Dimanakah tempat yang tidak layak bagi Allah untuk menampakkan Dzat-Nya selain di Neraka ?

Memisah-misahkan antara cinta (mahabbah), harapan (raja’), dan takut (khauf), terkadang kita perlukan untuk meningkatkan kesadaran rasa cinta kita kepada Allah jalla wa a’la. Terkadang kita memerlukan syair-syair indah untuk meningkatkan kecintaan kepada Allah.

Berdoa Kepada Allah Dengan Perasaan Takut dan Harap

Allah menjelaskan melalui firman-Nya (maksudnya):

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahawasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Surah al-Baqarah, 2: 186)

“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”.” (Surah al-Mu’min, 40: 60)

“… Mereka berdoa kepada Tuhan mereka dengan rasa takut dan harap.” (Surah as-Sajdah, 32: 16)

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda (maksudnya):

“Aku meminta kepada Allah syurga dan aku meminta perlindungan kepada-Nya dari Neraka.” (Hadis Riwayat Abu Daud)

Penjelasan:

1 – Dalil-dalil tersebut menunjukkan berkenaan keutamaan bertasbih dan berdoa kepada Allah.

2 – Celaan bagi orang yang sombong yang tidak mahu berdoa kepada Allah.

3 – Keutamaan berdoa dalam keadaan merendah diri dan perasaan takut serta dengan penuh harapan kepada Allah.





(http://an-nawawi-blogspot.com)
(http://mutiaradibalikmusibah.blogspot.com)
(http://banksufi.blogspot.com)


Artikel berkaitan:




0 comments:

Post a Comment