Wednesday, July 6, 2011

Abu Yazid al-Bustami

fahaman ittihad pertama kali dikemukakan oleh shufi Abu Yazid al-Bustami (meninggal di Bistam, Iran, 261H/ 874M).

Pada suatu waktu dalam pengembaraannya, setelah solat subuh Yazid al-Bustami berkata kepada orang-orang yang mengikutinya: Innii ana Allah laa ilaaha illaa ana fa'budnii (Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tiada Tuhan melainkan aku, maka sembahlah aku)." Mendengar kata-kata itu, orang-orang yang menyertainya mengatakan bahwa al-Bustami telah gila.

Menurut pandangan para shufi, ketika mengucapkan kata-kata itu, al-Bustami sedang berada dalam keadaan ittihad, suatu maqam (tingkatan) tertinggi dalam fahaman tasawwuf.

Dalam keadaan ittihad, seorang shufi sering mengucapkan kata-kata yang aneh, seakan-akan ia mengaku sebagai Tuhan, seperti yang diucapkan al-Bustami di atas (Sesungguhnya aku ini Allah, tiada Tuhan melainkan aku, maka sembahlah aku). Al-Bustami juga pernah mengucapkan kata-kata: Subhani subhani, ma a'dhama sya'ni (Maha Suci aku, Maha Suci aku, alangkah Maha Agungnya aku).

Al-Bustami juga berkata: Laisa fi al-jubbah illa Allah (tidak ada di dalam jubah ini kecuali Allah).

Kata-kata seperti itu disebut syathahat (perkataan --aneh-aneh-- yang keluar dari mulut seorang sufi ketika ittihad, menyatu dengan Tuhan). Dalam pandangan sufi, kata-kata itu bukan keluar dari seorang sufi tetapi kata-kata Allah SWT melalui lisan seorang sufi tetapi sedang dalam keadaan ittihad. Bukan Zat Allah SWT yang berbicara, tetapi aspek Allah SWT yang ada pada diri shufi itulah yang sedang berbicara. (lihat Ensiklopedia Islam, huruf I, halaman 286-287).

Betapa jauhnya kepercayaan sufi itu dari Islam. Allah SWT disamakan dengan jin atau syaitan yang masuk ke diri manusia hingga manusianya menjadi kerasukan (ke-jin-an/majnun), dan kata-katanya meracau, hanya saja dinamakan syathahat iaitu kata-katanya meracau namun justru dianggap telah sampai pada tingkatan (maqom) tertinggi --yang mereka dakwakan-- yakni ittihad, menyatu dengan Tuhan. Na'udzubillaahi min dzaalik, dari aqidah yang amat sesat itu.

tasawuf belitan iblis h.hartono ahmad jaiz

islamic media info ibnuisafiles

banksufi.blogspot.com

Artikel berkaitan:

2 comments:

Siapapun anda, ane mo kasih saran..
" Selamilah lautan, agar kau tau isinya ". Jangan berani menilai sesatnya seseorang, sebelum anda pernah sampai tujuan. Karena bila si sesat dalam pandanganmu,meminta anda tunjukan jalan yg benar...bagaimana anda akan menuntunnya kearah kebenaran itu, sementara anda belum pernah tau akhir perjalanan anda.

Betul itu siapa yang mengkafirkan dan menyesatkan orang lain padahal dia sendiri dalam kesesatan...belajarlah lebih dalam jangan hanya belajar kulitnya saja. maka ilmumu tak akan bisa menjangkau ilmu Allah.

Post a Comment