Sunday, July 3, 2011

pengambilan agama

Jika sumber agama Islam adalah Al Qur'an dan Hadits yang sahih (yang daif/maudlu ditolak):



seperti firman Allah SWT :::"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. " [An Nisaa":59]

Sabda Rasulullah Saw: "Aku tinggalkan padamu dua hal, yang tidak akan sesat kamu selama berpegang teguh kepada keduanya, iaitu Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya."(HR Ibnu 'Abdilbarri)

namun sumber Tasawuf boleh jd dr mana saja. Istilah Abdurrahman Abdul Khaliq yang mereka jadikan sumber adalah bisikan yang dikatakan datang dr para wali dan kasyf (terbukanya tabir hingga mereka tahu hal yang ghaib) yang mereka dakwakan, mimpi-mimpi, perjumpaan dengan orang2 yg sudah lama meninggal dunia, dan (mengaku berjumpa) dengan Nabi Khidir a.s, bahkan dengan melihat Lauh Mahfudh, dan mengambil (berita) dari jin yang mereka namakan mereka sebagai "para badan halus" (Rohaniyyin). Banyak sekali ajaran Tasawuf yang memakai cerita-cerita yang tidak jelas sahih/daifnya serta dari mimpi-mimpi orang yang mereka anggap wali. Mempelajari Tasawuf boleh membuat kita lupa dari mempelajari Al Qur'an dan Hadits yang justeru merupakan sumber ajaran Islam yang asli.

Ibnu Ajibah seorang Sufi Fathimi, mendakwa bahwasanya pembawa Tasawuf adalah Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam sendiri. di mana beliau ;menurut Ibnu Ajibah - mendapatkannya dari Allah Ta'ala melalui wahyu dan ilham. Kemudian Ibnu Ajibah berbicara panjang lebar tentang permasalahan tersebut dengan disertai perencah2 keanehan dan kedustaan. Ia berkata: Jibril pertama kali turun kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam dengan membawa ilmu syariat, dan ketika ilmu itu telah mantap, maka turunlah ia untuk kedua kalinya dengan membawa ilmu hakikat. Beliau Shallallahu alaihi wassalam pun mengajarkan ilmu hakikat ini pada orang-orang khas saja. Dan yang pertama kali menyampaikan Tasawuf adalah Ali bin Abi Thalib Radiyallahu anhu, kemudian Al Hasan Al Bashri rahimahullah menimba darinya. (Iqazhul Himam Fi Syarhil Hikam, hal.5 dinukil dari At Tashawwuf Min Shuwaril Jahiliyah, hal. 8).

Asy Syaikh Muhammad Aman Al Jami rahimahullah berkata:Perkataan Ibnu Ajibah ini merupakan tuduhan keji lagi lancang terhadap Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam, ia menuduh dengan kedustaan bahawa beliau menyembunyikan kebenaran. Dan tidaklah seseorang menuduh Nabi dengan tuduhan tersebut, kecuali seorang zindiq yang keluar dari Islam dan berusaha untuk memalingkan manusia dari Islam jika ia mampu, kerana Allah Ta'ala telah memerintahkan Rasul-Nya Shallallahu alaihi wassalam untuk menyampaikan kebenaran tersebut dalam firman-Nya (ertinya): Wahai Rasul sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu oleh Rabbmu, dan jika engkau tidak melakukannya, maka (pada hakikatnya) engkau tidak menyampaikan risalah-Nya. (Al Maidah : 67)

Beliau juga berkata: Adapun pengkhususan Ahlul Bait dengan sesuatu dari ilmu dan agama, maka ini merupakan pemikiran yang diwarisi oleh orang-orang Sufi dari pemimpin-pemimpin mereka (Syi'ah).

Dan benar-benar Ali bin Abi Thalib Radiyallahu anhu sendiri yang membantahnya, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al Imam Muslim rahimahullah dari hadits Abu Thufail Amir bin Watsilah Radiyallahu anhu ia berkata: Suatu saat aku pernah berada di sisi Ali bin Abi Thalib Radiyallahu anhu, maka datanglah seorang lelaki seraya berkata:

Apa yang pernah dirahsiakan oleh Nabi Shallallahu alaihi wassalam kepadamu? Maka Ali pun marah lalu mengatakan: Nabi Shallallahu alaihi wassalam belum pernah merahsiakan sesuatu kepadaku yang tidak disampaikan kepada manusia ! Hanya saja beliau Shallallahu alaihi wassalam pernah memberitahukan kepadaku tentang empat perkara. Abu Thufail Radiyallahu anhu berkata: Apa empat perkara itu wahai Amirul Mukminin ? Beliau menjawab: Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: (ertinya) Allah melaknat seorang yang melaknat kedua orang tuanya, Allah melaknat seorang yang menyembelih untuk selain Allah, Allah melaknat seorang yang melindungi pembuat kejahatan, dan Allah melaknat seorang yang mengubah tanda batas tanah. (At Tashawwuf Min Shuwaril Jahiliyyah, hal. 7-8).

pengikut tasawuf umumnya dalam menjalankan agama dan melaksanakan ibadah tidak berpandukan kepada Al Quran dan As Sunnah, tapi yang mereka jadikan pedoman adalah bisikan jiwa dan perasaan mereka dan ajaran yang digariskan oleh pimpinan-pimpinan mereka, berupa thariqat-thariqat bid'ah, berbagai jenis zikir dan wirid yang mereka ciptakan sendiri, dan mereka selalu mengambil pedoman dari cerita-cerita (yang tidak jelas kebenarannya), mimpi-mimpi, bahkan hadits-hadits yang palsu untuk membenarkan ajaran dan keyakinan mereka. Inilah landasan ibadah dan keyakinan ajaran Tasawuf.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, pengikut dan ahli-ahli Tasawuf dalam beragama dan mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla berpegang teguh pada suatu pedoman seperti pedoman yang dipegang oleh orang-orang Nasrani, iaitu ucapan-ucapan yang tidak jelas maknanya, dan cerita-cerita yang bersumber dari orang yang tidak dikenali kejujurannya, kalaupun ternyata orang tersebut jujur, namun dia bukan seorang (Nabi/Rasul) yang terjaga dari kesalahan, maka (demikian pula yang dilakukan pengikut2 dan ahli Tasawuf) mereka menjadikan para pemimpin dan guru mereka sebagai penentu/pembuat syariat agama bagi mereka, sebagaimana orang-orang Nasrani menjadikan para pendeta dan rahib mereka sebagai penentu/pembuat syariat agama bagi mereka.


salah satu doktrin ajaran Tasawuf adalah di mana mereka harus berpegang teguh dan menetapi zikir-zikir dan wirid-wirid yang ditentukan dan diciptakan oleh guru-guru thariqat mereka, yang kemudian mereka menetapi dan mencukupkan diri dengan zikir-zikir tersebut, beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla dengan selalu membacanya, mereka selalu mendakwa bahawa membaca zikir-zikir tersebut lebih utama daripada membaca Al Quran, dan mereka menamakannya dengan "zikir orang-orang khusus."


Adapun zikir-zikir yang tercantum dalam Al Quran dan As Sunnah mereka namakan dengan "zikir orang-orang umum", maka kalimah (Laa Ilaha Illallah) menurut mereka adalah "zikir orang-orang umum". dan "zikir orang-orang khusus adalah kata tunggal "Allah" dan zikir orang-orang khusus yang lebih khusus adalah kata (Huwa/Dia).



Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: Barang siapa yang menyangka bahawa kalimah (Laa Ilaha Illallah) adalah zikirnya orang-orang umum, dan zikir orang-orang khusus adalah kata tunggal "Allah", serta zikir orang-orang khusus yang lebih khusus adalah kata ganti (Huwa/Dia), maka dia adalah orang yang sesat dan menyesatkan. Di antara mereka ada yang berdalil untuk membenarkan hal ini, dengan firman Allah Azza wa Jalla :

Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, di kala mereka berkata: "Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia." Katakanlah: "Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebahagiannya) dan kamu sembunyikan sebahagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapa-bapa kamu tidak mengetahui(nya) ?" Katakan: Allah (yang menurunkannya), kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Quran kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya. (QS. Al Anaam: 91)

(Berdalil dengan cara seperti ini) adalah kesalahan yang paling nyata yang dilakukan oleh pengikut2 dan ahli Tasawuf, bahkan ini termasuk menyelewengkan ayat Al Quran dari maknanya yang sebenar, kerana sesungguhnya kata "Allah" dalam ayat ini disebutkan dalam kalimah perintah untuk menjawab pertanyaan sebelumnya, iaitu yang Allah Azza wa Jalla dalam firman-Nya:


Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, di kala mereka berkata: "Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia." Katakanlah: Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang terpisah-pisah, kamu perlihatkan (sebahagiannya) dan kamu sembunyikan sebahagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapa-bapamu tidak mengetahuinya? Katakanlah: Allah (yang menurunkannya), kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Quran kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya. (QS. Al An�aam: 91)



Jadi maknanya yang benar adalah: "Katakanlah: Allah, Dialah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Nabi Musa shallallahu alaihi wa sallam. (Kitab Al Ubudiyyah hal. 117).




Adapun sumber pengambilan syari`ah bagi ahli Islam adalah Al Kitab (Al Qur`an), As Sunnah (Al Hadits), Ijma` (kesepakatan para ulama terdahulu mengenai awal Islam), dan Qiyas (perbandingan, iaitu pengambilan hukum dengan membandingkan kepada hukum yang sudah ada ketegasannya dari Nash/text Al Qur`an atau Al Hadits.. Namun bagi pengikut tasawuf , perbuatan syariat mereka didirikan melalui mimpi-mimpi (tidur), khidhir, jin, orang-orang mati, syaikh-syaikh, semua mereka itu dijadikan pembuat syariat. Oleh kerana itu, jalan-jalan dan cara-cara pembuatan syariat tasawuf itu bermacam-macam. Sehingga mereka mengatakan "jalan-jalan menuju Allah SWT itu sebanyak bilangan nafas makhluk2". Maka setiap syaikh memiliki tarekat dan manhaj/jalan untuk pendidikan dan dzikir khusus. Jika dalam Islam sumber dzikir dan do'a berasal dari Al Qur'an dan Hadits, maka dalam Tasawuf berdasarkan ajaran para syekhnya (yang mungkin berasal dari mimpi mereka)

Islam adalah agama yang "jelas" (ditegaskan batasan ketentuan) aqidahnya, ibadahnya, dan syari`atnya. Dlm Islam dijelaskan apa itu rukun Iman, rukun Islam, cara sembahyang, puasa, dzikir, doa berdasarkan Al Qur'an dan Hadits yang sahih. .

Sedangkan tasawuf itu agama yang tidak ada batasannya, tidak ada pengertian (yang ditentukan secara pasti) dalam aqidah ataupun syari`at-syari`atnya. Sumber yg berasal dari mimpi org yg dianggap wali sudah cukup bagi mereka utk diamalkan sehingga amalan Nabi Muhammad SAW seperti dzikir, doa, solat Tahajjud, dsb justru pengikut Sufi 'lupakan'. Kerana ketidak-jelasan sumber dan syari'ah Tasawuf, maka orang-orang kafir menggunakan Tasawuf terutama untuk menghilangkan ajaran jihad dari ummat Islam. Contohnya ada di laman web www.libforall.org di mana para pendeta, sami buddha, sami hindu, rahib2, nasrani dan juga yahudi dan yg lain bekerjasama dengan para sufi berusaha menghilangkan jihad dari ummat Islam melalui Tasawuf.

Bila kita telah mengetahui bahwasanya Tasawuf ini bukanlah ajaran Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam dan bukan pula ilmu warisan dari Ali bin Abi Thalib Radiyallahu anhu, maka dari manakah ajaran Tasawuf ini ?

Asy Syaikh Ihsan Ilahi Zhahir rahimahullah berkata: Takala kita telusuri ajaran Sufi zaman pertama dan terakhir, dan juga perkataan-perkataan mereka baik yang keluar dari lisan atau pun yang terdapat di dalam buku-buku terdahulu dan terkini mereka, maka sangat berbeza dengan ajaran Al Qur'an dan As Sunnah. Dan kita tidak pernah melihat asal usul ajaran Sufi ini di dalam sejarah pemimpin umat manusia iaitu Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassalam , dan juga dalam sejarah para shahabatnya yang mulia, serta makhluk-makhluk pilihan Allah Ta'ala di alam semesta ini. Bahkan sebaliknya, kita melihat bahawa ajaran Sufi ini diambil dan diwarisi dari kerahiban Nashrani, Brahma Hindu, ibadah Yahudi dan zuhud Buddha. (At Tashawwuf Al Mansya' Wal Mashadir, hal. 28). [Dinukil dari kitab Haqiqatut Tashawwuf karya Asy Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Al Fauzan, hal.7]

Asy Syaikh Abdurrahman Al Wakil rahimahullah berkata:Sesungguhnya Tasawuf merupakan tipu daya syaitan yang paling tercela lagi hina, untuk menggiring hamba-hamba Allah Ta'ala di dalam memerangi Allah Ta'ala dan Rasul-Nya Shallallahu alaihi wassalam. Sesungguhnya ia (Tasawuf) merupakan topeng bagi Majusi agar tampak sebagai seorang Rabbani, bahkan ia sebagai topeng bagi setiap musuh di dalam memerangi agama yang benar ini. Periksalah ajarannya ! nescaya engkau akan mendapati padanya ajaran Brahma (Hindu), Buddha, Zaradisytiyyah, Manawiyyah, Dishaniyyah, Aplatoniyyah, Ghanushiyyah, Yahudi, Nashrani, dan Berhalaisme Jahiliyyah.(Muqaddimah kitab Mashra'ut Tashawwuf, hal. 19). [Dinukil dari kitab Haqiqatut Tashawwuf karya Asy Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Al Fauzan, hal.7]

Artikel berkaitan:

0 comments:

Post a Comment