Thursday, April 7, 2011

pendapat ikhwanul muslim tentang syiah dan kelompok sesat yang lain

Salah satu di antara pemikiran yang sangat menyimpang yang ada pada IM adalah apa yang mereka namakan dengan At Taqriib Bainal Mazdaahibil Islaamiyyah (pendekatan antara berbagai kelompok/aliran dalam islam), bagaimanapun sesat dan menyimpangnya kelompok tersebut, salah satu di antara kelompok yang mereka ingin dekatkan adalah kelompok Syiah (Raafidhah) yang popular dengan segudang pemahaman sesat bahkan kufur waliyaadzu billaah yang mereka sebutkan dalam kitab-kitab mereka sendiri, seperti pengkafiran mereka terhadap majoriti Sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam - radiallahu anhum -, keyakinan mereka bahawa kitab suci Al Quran yang ada saat ini sudah berubah dan tidak murni lagi, tuduhan keji dan dusta mereka terhadap istri Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang suci, Aisyah radiallahu anha, penmuliaan mereka yang berlebihan terhadap imam-imam mereka, yang bahkan sampai pada tingkatan meyakini adanya sifat-sifat ketuhanan pada diri imam-imam tersebut, dan masih banyak pemahaman sesat dan kufur mereka lainnya.

Di antara bukti nyata yang menunjukkan sikap IM di atas adalah pujian, dukongan dan pembelaan mereka terhadap kelompok Syiah, termasuk dukongan terhadap revolusi Syiah di Iran, pertemuan persahabatan dengan tokoh-tokoh mereka, yang akan terlihat jelas dalam nukilan-nukilan yang akan kami bawakan sebagai berikut:
1. Mursyid (pimpinan) umum IM yang ke-3, Umar At Tilmisaany dalam kitabnya Dzikrayaat laa mudzakkiraat (hal. 249-250, cet. Daarul Itishaam, thn 1985 M) menukil ucapan Hasan Al Banna tentang Syiah, dia berkata:

Syiah adalah kelompok yang kurang lebih (dapat) disamakan dengan apa yang ada di antara mazhab yang empat di kalangan Ahlus Sunnah (memang) ada perbezaan (antara Ahlus Sunnah dan Syiah) tapi mungkin untuk dihilangkan, seperti: nikah mutah, jumlah istri (maksimal) bagi seorang (laki-laki) muslim yang ada pada sebahagian kelompok Syiah , dan yang semisalnya, yang mana perbezaan ini seharusnya tidak menjadi sebab pemutusan hubungan antara Ahlus Sunnah dan Syiah. Sungguh dua kelompok ini telah berjalan beriringan sejak ratusan tahun (yang lalu), tanpa ada saling bersinggungan di antara keduanya, kecuali (hanya sebatas) dalam tulisan-tulisan saja. Dan untuk diketahui, sesungguhnya tokoh-tokoh besar Syiah telah meninggalkan kepustakaan islam sebagai perbendaharaan yang selalu memenuhi perpustakaan-perpustakaan.

2. Dalam kitab yang sama, At Tilmisaany berkata:

Sekitar tahun 40-an seingatku yang mulia Al Qummy (salah seorang tokoh Syiah) pernah singgah sebagai tetamu IM di markas besar IM, pada waktu si Imam (Hasan Al Banna) sedang bergiat mengusahakan pendekatan antara kelompok-kelompok, (dengan tujuan) agar musuh-musuh islam tidak menjadikan perselisihan antara kelompok-kelompok ini sebagai celah untuk memecah belah persatuan islam. Suatu hari kami pernah bertanya kepada beliau (Hasan Al Banna) tentang seberapa jauh perbezaan antara Ahlus Sunnah dan Syiah, maka beliau melarang kami membicarakan masalah-masalah pelik seperti ini, yang tidak layak bagi kaum muslimin untuk menyibukkan diri dengannya, sementara kaum muslimin seperti yang anda saksikan saling berpecah dan musuh-musuh islam berusaha untuk semakin menyulut perpecahan tersebut, maka kami katakan kepada beliau: kami bertanya tentang hal ini bukan untuk bersikap fanatik atau untuk memperluas jurang perbezaan di antara kaum muslimin, akan tetapi kami bertanya untuk pengetahuan, kerana (perbezaan) antara Sunnah dan Syiah disebutkan dalam tulisan-tulisan yang sangat banyak jumlahnya, dan kami tidak punya waktu yang cukup untuk memungkinkan kami membahas (masalah ini) dalam referensi-referensi tersebut, maka beliau menjawab: Ketahuilah, sesungguhnya Ahlus Sunnah dan Syiah (semuanya) adalah kaum muslimin yang disatukan dengan kalimat Laa ilaaha illallah (tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah Subhanahu wa Taala) dan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah utusan Allah Jalla Jalaaluhu, inilah landasan akidah yang sama-sama ada pada Sunnah dan Syiah, dan di atas kesucian, adapun perbezaan di antara keduanya, maka hal itu (hanya) dalam perkara-perkara yang mungkin untuk didekatkan.


3. Dalam kitab Mauqifu Ulamaa-il Muslimiin Minasy Syiiati wats Tsauratil Islaamiyyah, yang ditulis oleh salah seorang tokoh IM, Dr. Izzuddiin Ibrahim (hal. 13, cet. Sabhar, Teheran, Iran, cet. ke-2 thn 1406 H), penulis tersebut berkata:
Di masa sekarang ini terbentuklah Jamaaatut Taqriib bainal Madzaahibil Islaamiyyah (kelompok yang bertujuan ingin mendekatkan/menyatukan aliran-aliran dalam islam), yang ikut berpartisipasi di dalamnya Imam Hasan Al Banna, berkata Ustadz Salim Al Bahansaawy salah seorang cendekiawan IM dalam kitabnya As Sunnatu al Muftara Alaiha (hal. 58): Sejak terbentuknya Jamaaatut Taqriib bainal Madzaahibil Islaamiyyah (kelompok yang bertujuan ingin mendekatkan/menyatukan aliran-aliran dalam islam), yang ikut memberikan sumbangan di dalamnya Imam Al Banna dan Imam Al Qummy (tokoh Syiah), dan saling kerjasama terus berjalan antara IM dan Syiah, yang hal ini menjadi sebab kunjungan Imam Nawwab Shafawy (tokoh Syiah) ke Kairo thn 1954 M. Di halaman yang sama dia berkata: Tidak ada yang aneh dalam sikap saling kerjasama tersebut, kerana prinsip-prinsip yang ada pada kedua kelompok inilah (IM dan Syiah) yang melahirkan sikap saling berkerjasama tersebut.


4. Umar At Tilmisaany dalam kitabnya Al Mulhamul Mauhuub Hasan Al Banna Ustaadzul Jiil (hal. 78, cet. Daarut Tauzii wan Nasyril Islaamiyyah) berkata:

Untuk tujuan mempersatukan kelompok-kelompok inilah Hasan Al Banna pernah menjamu Syaikh yang mulia Muhammad Al Qummy salah seorang tokoh besar dan pentolan Syiah di markas besar IM dalam waktu yang cukup lama, sebagaimana juga diketahui bahawa Imam Al Banna telah menemui seorang tokoh rujukan Syiah, Aayatullah Al Kaasyaany di sela-sela pelaksanaan ibadah haji tahun 1948 M, yang (pertemuan tersebut) menghasilkan kesesuaian fahaman antara keduanya, (sebagaimana hal ini) diisyaratkan oleh salah seorang figur IM saat ini yang sekaligus murid Imam Hasan Al Banna, iaitu Ustadz Abdul Mutaaal Al Jabry dalam kitabnya Limaadza Ugtiila Hasan Al Banna

5. Berkata salah seorang tokoh IM yang terkenal, Muhammad Al Gazaaly dalam kitabnya Difaaun Anil Aqiidati wasy Syariiati Dhiddu Mathaainil Mustasyrikiin (sebagaimana yang dinukil oleh tokoh IM lainnya, Dr. Izzuddiin Ibrahim dalam kitabnya Mauqifu Ulamaa-il Muslimiin Minasy Syiiati wats Tsauratil Islaamiyyah (hal. 22):

Sesungguhnya jarak perbezaan antara Syiah dan Sunnah adalah seperti jarak perbezaan antara mazhab fikih Abu Hanifah, mazhab fikih Malik, mazhab fikih Syafii kami memandang semuanya sama dalam mencari hakikat (kebenaran) meskipun caranya berbeza-beza.

6. Dalam kitab di atas (hal. 15) Dr. Izzuddiin Ibrahim menukil keterangan dari tokoh IM lainnya, Dr. Ishak Musa Al Husainy dalam kitabnya Al Ikhwaanul Muslimuun Kubral Harakaatil Islaamiyyatil Haditsah bahawa sebahagian mahasiswa dari kalangan Syiah yang dulunya pernah belajar di Mesir telah bergabung dalam kelompok IM, sebagaimana barisan kelompok IM di Irak beranggotakan banyak orang dari kalangan Syiah Al Imaamiyyah Al Itsnai Asyariyyah.

7. Dukongan dan pujian tokoh-tokoh IM terhadap revolusi Syiah di Iran, yang terlalu panjang untuk kami nukilkan dalam tulisan ini, lihat kitab Mauqifu Ulamaa-il Muslimiin Minasy Syiiati wats Tsauratil Islaamiyyah, yang ditulis oleh salah seorang tokoh IM, Dr. Izzuddiin Ibrahim (hal. 44-50).
Dan masih banyak ucapan dan sikap IM lainnya terhadap Syiah dan kelompok-kelompok sesat lainnya yang kerana khawatir tulisan ini menjadi terlalu panjang sehingga tidak kami nukilkan semuanya.



Pendapat Ustadz 'Abdullah Taslim Mengenai Ikhwani
islamic media ibnuisa files

0 comments:

Post a Comment