Thursday, April 7, 2011

pandangan ikhwanul muslim terhadap nasrani dan yahudi

Dalam kitab Al Ikhwanul Muslimun Ahdaatsun Shanaatit Taarikh (cet. Daarud Dawah, tiga juz) yang ditulis oleh salah seorang pendiri dan tokoh besar IM yang bernama Mahmud Abdul Halim, pada sub judul Fii Qadhiyyati Falisthiin (Masalah Palestin) (juz 1/hal. 409), ketika penulis berbicara tentang sebuah kumpulan gabungan Amerika dan Inggris yang berkunjung ke negara-negara Arab untuk membicarakan masalah Palestin, dalam sebuah pertemuan di Mesir dengan kumpulan tersebut, Hasan Al Banna (pimpinan IM) hadir sebagai wakil dari Pergerakan Islam dan menyampaikan sebuah ceramah, yang redaksinya adalah sebagai berikut (terus kami terjemahkan):

"Dan pembahasan yang akan kami sampaikan merupakan sebuah point yang simpel dari tinjauan agama, (akan tetapi) kerana point ini mungkin saja tidak difahami di dunia barat, oleh kerana itulah saya ingin menjelaskan point ini dengan ringkas: maka saya ikrarkan bahawa permusuhan kita terhadap orang-orang Yahudi bukanlah merupakan permusuhan (atas dasar) agama, kerana Al Quran yang mulia menganjurkan (kita) untuk bersahabat karib dan berteman dekat dengan mereka[1], dan (syariat) islam (sendiri) adalah syariat yang bersifat kemanusiaan sebelum menjadi syariat yang bersifat qaumiyyah (untuk kaum/bangsa tertentu), dan sungguh Allah Subhanahu wa Taala telah memuji mereka (orang-orang Yahudi) serta menjadikan adanya kesesuian antara kita dan mereka, (Allah berfirman):
Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik. (QS. Al Ankabuut: 46)
Dan ketika Al Quran ingin membicarakan masalah orang-orang Yahudi, Al Quran membicarakannya dari segi ekonomi dan undang-undang (saja), Allah Subhanahu wa Taala berfirman:
Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, (QS. An Nisaa: 160)[2]
Ucapan Hasan Al Banna ini juga dikutip oleh As Siisy sendiri dalam kitabnya yang lain yang berjudul Fii Qaafilatil Ikhwaanil Muslimin (1/262, cet. Daaruth Thibaaati Wan Nasyri Wash Shautiyyaat juz 1-2 dan Daarul Qabas juz 3-4, 4 juz).

Masih dalam kitab Hasan Al Banna, Mawaaqifu fiid Dawati Wat Tarbiyyah (hal. 163) penulis menukil ceramah Hasan Al Banna tentang beberapa kewajipan yang sangat ditekankan bagi media massa islam, di dalam ceramah tersebut, dia berkata:
""Yang keempat: menetapkan suatu hakikat yang mulia dan agung yang pura-pura dilalaikan oleh ramai kalangan yang mempunyai tendensi tertentu dan mereka berusaha untuk mengaburkan dan menyembunyikan hakikat ini, iaitu: bahawa (agama) islam yang hanif (lurus) ini tidaklah memusuhi suatu agama (tertentu), atau memerangi ideologi (tertentu), serta tidak berbuat zalim terhadap orang-orang yang tidak beriman (non muslim) sedikit pun, dan tidaklah ajaran islam (dianggap) membuahkan hasil (yang baik) sampai ajaran tersebut (mampu) menumbuhkan (dalam diri) suatu masyarakat yang yang setanah air perasaan cinta, keharmonian, tolong-menolong dan kedamaian (di antara mereka) bagaimanapun berbezanya agama (yang) mereka (anut) dan bertentangannya ideologi (yang) mereka (yakini).""
Dan masih banyak ucapan dan sikap Hasan Al Banna dan tokoh-tokoh IM secara umum selain yang kami sebutkan di atas, yang untuk lebih ringkas kami akan sebutkan kesimpulannya sebagai berikut:

Dalam sebuah perayaan IM Hasan Al Banna mengundang beberapa tokoh dan pendeta Nashrani dan menempatkan tempat duduk mereka di antara orang-orang anggota IM, dan dalam kesempatan tersebut juga Hasan Al Banna menyampaikan sebuah pidato yang di dalamnya dia memanggil/menyebut orang-orang Nashrani dengan sebutan Ikhwaaninaal Masiihiyyiin (saudara-saudara kami yang beragama Nashrani) (lihat kitab Hasan Al Banna, Mawaaqifu fiid Dawati Wat Tarbiyyah hal. 120). Dalam kitab yang sama (hal. 264-265), Hasan Al Banna menyebutkan bahawa (agama) Islam melarang (seorang) muslim untuk berfanatik terhadap agamanya. Lihat juga surat yang ditulis oleh Hasan Al Banna kepada orang-orang Yahudi (yang tinggal di Mesir), yang diambil/kutip oleh Abbas As Siisy dalam kitabnya Fii Qaafilatil Ikhwaanil Muslimin (1/194). Juga surat Hasan Al Banna kepada seorang pembesar agama Nasrani di Mesir dalam kitab Hasan Al Banna sendiri yang berjudul Mudzakkiraatid Dawati Wad Daaiyah (hal. 282, cet. Mathaabiuz Zahraa lil Ilaamil Araby, thn 1410 H).

Kenyataan di atas juga dipertegaskan oleh salah seorang tokoh generasi pertama IM yang bernama Jabir Rizq dalam kitabnya Hasan Al Banna bi Aqlaami Talaamidzatihi wa Muaashiriihi (hal. 185, cet. Daarul wafaa, cet. 3, thn 1410 H), yang menukil ucapan salah seorang tokoh generasi pertama IM lainnya Dr. Hassaan Hathuut yang menceritakan hubungan mesra Hasan Al Banna dan anggota IM secara umum dengan orang-orang yang beragama Nashrani, ucapan ini juga dinukil dalam majalah Al Ummah yang terbit di Qathar (hal 188, edisi ke-55, bulan Rajab 1405 H).
Dalam kitab Tashawwurul Ikhwanil Muslimiin lil Qadhiyyatil Falisthiiniyyah (hal.23, cet. Daarut Tauzii wan Nasyril Islaamiyyah), penulis Dr. Abdul Fattaah Muhammad Al Uwais menyebutkan bahawa untuk membuktikan ketidakfanatikan mereka terhadap agama islam, IM menyertakan dua orang yang beragama Nashrani yang bernama Wuhaib Daus dan Akhnuukh Luwis Akhnuukh, sebagai anggota sebuah kumpulan di bawah naungan IM yang membidangi masalah politik (Keterangan ini juga disebutkan dalam majalah Liwa-ul Islam (hal. 39, edisi pertama tahun ke-45, bulan Ramadhan 1410 H). Bahkan dalam kitab tersebut penulis menegaskan bahawa sikap ini dipegang teguh dan dipertahankan oleh para mursyid (pimpinan) IM dari dulu sampai sekarang, dalam bentuk kunjungan pimpinan-pimpinan IM tersebut ke beberapa tokoh-tokoh Nashrani dan yayasan-yayasan mereka, seperti yang dilakukan oleh pimpinan-pimpinan IM: Hasan Al Banna, Hasan Al Hudhaiby, Umar At Tilmisaany, dan Muhammad Haamid Abun Nashr.
Dalam kitab Fii Qaafilatil Ikhwaanil Muslimin(2/35) tulisan Abaas As Siisy, penulis mencantumkan sebuah foto bersama pimpinan umum IM yang didampingi seorang wakil dari pihak gereja di sebelah kirinya. Juga dalam kitab yang sama (2/46), foto bersama pada perayaan maulid Nabi shallallahu alaihi wa sallam di Iskandariyyah: pimpinan umum IM di samping kanannya seorang wakil dari pihak gereja.

Kenyataan di atas juga dipertegas oleh pimpinan umum IM yang ke-3 Umar At Tilmisaany dalam sebuah makalahnya yang berjudul: Wa Aina Nashiibuna Min Haadzal Hubb? yang dinukil dalam majalah IM yang bernama Majallatud Dawah (hal. 2-3, edisi ke-14 thn ke-26/388, bln Syabaan 1397 H). Juga oleh pimpinan umum IM berikutnya Muhammad Haamid Abun Nashr dalam kitabnya Haqiiqatul Khilaafi Bainal Ikhwaanil Muslimiin wa Abdun Naashir (hal. 33, cet. Daarut Tauzii wan Nasyril Islaamiyyah, cet ke-2 thn 1408 H).


Berkata salah seorang tokoh besar IM yang terkenal, Yusuf Al Qardhaawy dalam kitabnya Aulawiyyatul Harakatil Islaamiyyah fiil Marhalatil Qaadimah (hal. 168, cet. Muassasatur Risaalah, cet. ke-12 thn 1411 H):
"Aku ingat, beberapa tahun yang lalu aku pernah diundang untuk berpartisipasi dalam sebuah pertemuan (yang bertajuk) 'Ash Shahwatul Islaamiyyah wa Humuumul Wathanil Araby '(kebangkitan islam dan cita-cita bangsa arab) yang diselenggarakan oleh Muntadal Fikril Araby di ibukota negara Yordania, Amman. Yang diundang untuk menghadiri pertemuan tersebut adalah orang-orang muslim, Nasrani, orang-orang yang berfaham komunis, kebangsaan (nasionalis), dari berbagai jenis kelompok dan pemikiran. Dan termasuk hal yang tidak aku lupakan, apa yang disampaikan kepadaku oleh salah seorang ikhwan peserta yang beragama Nasrani yang (berfahaman) nasionalis, ketika kami sedang (menyantap) hidangan makan siang, dia berkata kepadaku: 'Sungguh kami telah merubah penilaian kami terhadap Anda saat ini juga, aku bertanya: Bagaimana penilaian kalian terhadapku (sebelum petemuan ini)?, dia menjawab: (Kami menilai) anda adalah orang yang fanatik (terhadap agama islam) dan ekstrim, aku bertanya (lagi): Dari mana timbulnya penilaian kalian tersebut?, dia menjawab: Aku tidak tahu, akan tetapi, terus terang itulah pandangan dan penilaian kami terhadap anda dulunya, (kemudian) aku bertanya: Sekarang (bagaimana penilaian kalian)?, dia menjawab: Kami mengetahui setelah kami mendengar, menyaksikan, berdialog dan berinteraksi secara langsung, suatu (kenyataan) yang (membuat) kami (harus) merubah penilaian buruk kami yang dulu kami tujukan kepada Anda, sungguh kami dapati anda sebagai seorang yang menghargai pembicaraan, selalu menggunakan pertimbangan akal, mahu mendengarkan berbagai macam sudut pandang yang berbeza, tidak tegang dan kaku, bahkan melebihi yang lain dalam sikap lembut dan toleransi dst."
Nukilan-nukilan yang kami sampaikan di atas sengaja tidak kami bahaskan, kerana kebatilan dan penyimpangannya terlalu jelas bagi orang yang berakal, apalagi orang yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Taala, Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam dan agama islam, seperti jelasnya matahari di siang terang
---------------
[1] Silahkan pembaca menilai sendiri betapa jauhnya ucapan ini menyimpang dari kebenaran, kerana semua orang muslim bahkan orang awam sekalipun mengetahui bahawa inti permusuhan kita terhadap orang-orang yahudi dan semua orang-orang kafir lainnya adalah permusuhan kerana agama.

Allah Subhanahu wa Taala berfirman:
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu sehingga kamu mengikuti agama mereka. (QS. Al Baqarah: 120)
Allah juga berfirman:
Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS. An Nisaa: 101)
Dan masih banyak ayat-ayat yang semakna dengan dua ayat di atas.
[2] Penggalan terakhir ayat ini justru menunjukkan bahawa permusuhan kita dengan orang-orang Yahudi adalah kerana agama:
dan kerana mereka (orang-orang Yahudi) banyak menghalangi (manusia) dari jalan (agama) Allah. (QS. An Nisaa: 160)

Ucapan Hasan Al Banna ini juga dinukil oleh salah seorang tokoh besar IM lainnya, Abbas As Siisy dalam kitabnya Hasan Al Banna, Mawaaqifu fiid Dawati Wat Tarbiyyah (hal. 288, cet. Daarul Qabas, cet. ketiga). Kemudian juga dalam kitab tersebut hal. 319, pada sub judul: Bayaanu Fadhiilatil Mursyid fiil Mutamarish Shahafiy bil Markazil Aam (Penjelasan yang Mulia Mursyid/Pimpinan IM Dalam Sebuah Konferensi Pers di Markas Besar IM), berkata Abbas As Siisy:
Dalam konperensi pers yang diselenggarakan di gedung markas besar (IM) dalam rangka ulang tahun ke-20 berdirinya kelompok IM, ustaz mursyid IM (Hasan Al Banna) menyampaikan sebuah ceramah, yang di dalamnya dia berkata: Pergerakan IM bukanlah kelompok pergerakan yang ditujukan untuk melawan akidah (ideologi), agama, ataupun kelompok tertentu, kerana sesungguhnya perasan yang menguasai jiwa-jiwa pendiri pergerakan ini adalah bahawa sesungguhnya kaidah-kaidah pokok yang semua agama yang dibawa oleh para Rasul alaihi salam saat ini sungguh telah terancam oleh Al Ilhaadiyyah (pemahaman yang menentang dan mengingkari agama) dan Al Ibaahiyyah (pemahaman yang menghalalkan/membolehkan segala sesuatu yang diharamkan dalam agama), maka wajib bagi orang-orang yang beriman kepada agama-agama ini untuk saling berganding bahu dan mengarahkan usaha keras mereka untuk menyelamatkan umat manusia dari dua bahaya yang sedang menyusup secara perlahan-lahan ini. Dan IM tidaklah membenci dan menyembunyikan rasa antipati (dalam hati mereka) terhadap orang-orang asing yang tinggal sementara di negara-negara arab dan negara-negara Islam, sampai pun orang-orang Yahudi yang tinggal di negara ini (Mesir) tidak ada yang lain antara kita dan mereka kecuali hubungan-hubungan yang baik.







Pendapat Ustadz 'Abdullah Taslim Mengenai Ikhwani
islamic media ibnuisa files

0 comments:

Post a Comment