Thursday, April 7, 2011

pandangan ikhwanul muslim terhadap nasrani dan yahudi

Dalam kitab Al Ikhwanul Muslimun Ahdaatsun Shanaatit Taarikh (cet. Daarud Dawah, tiga juz) yang ditulis oleh salah seorang pendiri dan tokoh besar IM yang bernama Mahmud Abdul Halim, pada sub judul Fii Qadhiyyati Falisthiin (Masalah Palestin) (juz 1/hal. 409), ketika penulis berbicara tentang sebuah kumpulan gabungan Amerika dan Inggris yang berkunjung ke negara-negara Arab untuk membicarakan masalah Palestin, dalam sebuah pertemuan di Mesir dengan kumpulan tersebut, Hasan Al Banna (pimpinan IM) hadir sebagai wakil dari Pergerakan Islam dan menyampaikan sebuah ceramah, yang redaksinya adalah sebagai berikut (terus kami terjemahkan):

"Dan pembahasan yang akan kami sampaikan merupakan sebuah point yang simpel dari tinjauan agama, (akan tetapi) kerana point ini mungkin saja tidak difahami di dunia barat, oleh kerana itulah saya ingin menjelaskan point ini dengan ringkas: maka saya ikrarkan bahawa permusuhan kita terhadap orang-orang Yahudi bukanlah merupakan permusuhan (atas dasar) agama, kerana Al Quran yang mulia menganjurkan (kita) untuk bersahabat karib dan berteman dekat dengan mereka[1], dan (syariat) islam (sendiri) adalah syariat yang bersifat kemanusiaan sebelum menjadi syariat yang bersifat qaumiyyah (untuk kaum/bangsa tertentu), dan sungguh Allah Subhanahu wa Taala telah memuji mereka (orang-orang Yahudi) serta menjadikan adanya kesesuian antara kita dan mereka, (Allah berfirman):
Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik. (QS. Al Ankabuut: 46)
Dan ketika Al Quran ingin membicarakan masalah orang-orang Yahudi, Al Quran membicarakannya dari segi ekonomi dan undang-undang (saja), Allah Subhanahu wa Taala berfirman:
Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, Kami haramkan atas mereka (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, (QS. An Nisaa: 160)[2]
Ucapan Hasan Al Banna ini juga dikutip oleh As Siisy sendiri dalam kitabnya yang lain yang berjudul Fii Qaafilatil Ikhwaanil Muslimin (1/262, cet. Daaruth Thibaaati Wan Nasyri Wash Shautiyyaat juz 1-2 dan Daarul Qabas juz 3-4, 4 juz).

Masih dalam kitab Hasan Al Banna, Mawaaqifu fiid Dawati Wat Tarbiyyah (hal. 163) penulis menukil ceramah Hasan Al Banna tentang beberapa kewajipan yang sangat ditekankan bagi media massa islam, di dalam ceramah tersebut, dia berkata:
""Yang keempat: menetapkan suatu hakikat yang mulia dan agung yang pura-pura dilalaikan oleh ramai kalangan yang mempunyai tendensi tertentu dan mereka berusaha untuk mengaburkan dan menyembunyikan hakikat ini, iaitu: bahawa (agama) islam yang hanif (lurus) ini tidaklah memusuhi suatu agama (tertentu), atau memerangi ideologi (tertentu), serta tidak berbuat zalim terhadap orang-orang yang tidak beriman (non muslim) sedikit pun, dan tidaklah ajaran islam (dianggap) membuahkan hasil (yang baik) sampai ajaran tersebut (mampu) menumbuhkan (dalam diri) suatu masyarakat yang yang setanah air perasaan cinta, keharmonian, tolong-menolong dan kedamaian (di antara mereka) bagaimanapun berbezanya agama (yang) mereka (anut) dan bertentangannya ideologi (yang) mereka (yakini).""
Dan masih banyak ucapan dan sikap Hasan Al Banna dan tokoh-tokoh IM secara umum selain yang kami sebutkan di atas, yang untuk lebih ringkas kami akan sebutkan kesimpulannya sebagai berikut:

Dalam sebuah perayaan IM Hasan Al Banna mengundang beberapa tokoh dan pendeta Nashrani dan menempatkan tempat duduk mereka di antara orang-orang anggota IM, dan dalam kesempatan tersebut juga Hasan Al Banna menyampaikan sebuah pidato yang di dalamnya dia memanggil/menyebut orang-orang Nashrani dengan sebutan Ikhwaaninaal Masiihiyyiin (saudara-saudara kami yang beragama Nashrani) (lihat kitab Hasan Al Banna, Mawaaqifu fiid Dawati Wat Tarbiyyah hal. 120). Dalam kitab yang sama (hal. 264-265), Hasan Al Banna menyebutkan bahawa (agama) Islam melarang (seorang) muslim untuk berfanatik terhadap agamanya. Lihat juga surat yang ditulis oleh Hasan Al Banna kepada orang-orang Yahudi (yang tinggal di Mesir), yang diambil/kutip oleh Abbas As Siisy dalam kitabnya Fii Qaafilatil Ikhwaanil Muslimin (1/194). Juga surat Hasan Al Banna kepada seorang pembesar agama Nasrani di Mesir dalam kitab Hasan Al Banna sendiri yang berjudul Mudzakkiraatid Dawati Wad Daaiyah (hal. 282, cet. Mathaabiuz Zahraa lil Ilaamil Araby, thn 1410 H).

Kenyataan di atas juga dipertegaskan oleh salah seorang tokoh generasi pertama IM yang bernama Jabir Rizq dalam kitabnya Hasan Al Banna bi Aqlaami Talaamidzatihi wa Muaashiriihi (hal. 185, cet. Daarul wafaa, cet. 3, thn 1410 H), yang menukil ucapan salah seorang tokoh generasi pertama IM lainnya Dr. Hassaan Hathuut yang menceritakan hubungan mesra Hasan Al Banna dan anggota IM secara umum dengan orang-orang yang beragama Nashrani, ucapan ini juga dinukil dalam majalah Al Ummah yang terbit di Qathar (hal 188, edisi ke-55, bulan Rajab 1405 H).
Dalam kitab Tashawwurul Ikhwanil Muslimiin lil Qadhiyyatil Falisthiiniyyah (hal.23, cet. Daarut Tauzii wan Nasyril Islaamiyyah), penulis Dr. Abdul Fattaah Muhammad Al Uwais menyebutkan bahawa untuk membuktikan ketidakfanatikan mereka terhadap agama islam, IM menyertakan dua orang yang beragama Nashrani yang bernama Wuhaib Daus dan Akhnuukh Luwis Akhnuukh, sebagai anggota sebuah kumpulan di bawah naungan IM yang membidangi masalah politik (Keterangan ini juga disebutkan dalam majalah Liwa-ul Islam (hal. 39, edisi pertama tahun ke-45, bulan Ramadhan 1410 H). Bahkan dalam kitab tersebut penulis menegaskan bahawa sikap ini dipegang teguh dan dipertahankan oleh para mursyid (pimpinan) IM dari dulu sampai sekarang, dalam bentuk kunjungan pimpinan-pimpinan IM tersebut ke beberapa tokoh-tokoh Nashrani dan yayasan-yayasan mereka, seperti yang dilakukan oleh pimpinan-pimpinan IM: Hasan Al Banna, Hasan Al Hudhaiby, Umar At Tilmisaany, dan Muhammad Haamid Abun Nashr.
Dalam kitab Fii Qaafilatil Ikhwaanil Muslimin(2/35) tulisan Abaas As Siisy, penulis mencantumkan sebuah foto bersama pimpinan umum IM yang didampingi seorang wakil dari pihak gereja di sebelah kirinya. Juga dalam kitab yang sama (2/46), foto bersama pada perayaan maulid Nabi shallallahu alaihi wa sallam di Iskandariyyah: pimpinan umum IM di samping kanannya seorang wakil dari pihak gereja.

Kenyataan di atas juga dipertegas oleh pimpinan umum IM yang ke-3 Umar At Tilmisaany dalam sebuah makalahnya yang berjudul: Wa Aina Nashiibuna Min Haadzal Hubb? yang dinukil dalam majalah IM yang bernama Majallatud Dawah (hal. 2-3, edisi ke-14 thn ke-26/388, bln Syabaan 1397 H). Juga oleh pimpinan umum IM berikutnya Muhammad Haamid Abun Nashr dalam kitabnya Haqiiqatul Khilaafi Bainal Ikhwaanil Muslimiin wa Abdun Naashir (hal. 33, cet. Daarut Tauzii wan Nasyril Islaamiyyah, cet ke-2 thn 1408 H).


Berkata salah seorang tokoh besar IM yang terkenal, Yusuf Al Qardhaawy dalam kitabnya Aulawiyyatul Harakatil Islaamiyyah fiil Marhalatil Qaadimah (hal. 168, cet. Muassasatur Risaalah, cet. ke-12 thn 1411 H):
"Aku ingat, beberapa tahun yang lalu aku pernah diundang untuk berpartisipasi dalam sebuah pertemuan (yang bertajuk) 'Ash Shahwatul Islaamiyyah wa Humuumul Wathanil Araby '(kebangkitan islam dan cita-cita bangsa arab) yang diselenggarakan oleh Muntadal Fikril Araby di ibukota negara Yordania, Amman. Yang diundang untuk menghadiri pertemuan tersebut adalah orang-orang muslim, Nasrani, orang-orang yang berfaham komunis, kebangsaan (nasionalis), dari berbagai jenis kelompok dan pemikiran. Dan termasuk hal yang tidak aku lupakan, apa yang disampaikan kepadaku oleh salah seorang ikhwan peserta yang beragama Nasrani yang (berfahaman) nasionalis, ketika kami sedang (menyantap) hidangan makan siang, dia berkata kepadaku: 'Sungguh kami telah merubah penilaian kami terhadap Anda saat ini juga, aku bertanya: Bagaimana penilaian kalian terhadapku (sebelum petemuan ini)?, dia menjawab: (Kami menilai) anda adalah orang yang fanatik (terhadap agama islam) dan ekstrim, aku bertanya (lagi): Dari mana timbulnya penilaian kalian tersebut?, dia menjawab: Aku tidak tahu, akan tetapi, terus terang itulah pandangan dan penilaian kami terhadap anda dulunya, (kemudian) aku bertanya: Sekarang (bagaimana penilaian kalian)?, dia menjawab: Kami mengetahui setelah kami mendengar, menyaksikan, berdialog dan berinteraksi secara langsung, suatu (kenyataan) yang (membuat) kami (harus) merubah penilaian buruk kami yang dulu kami tujukan kepada Anda, sungguh kami dapati anda sebagai seorang yang menghargai pembicaraan, selalu menggunakan pertimbangan akal, mahu mendengarkan berbagai macam sudut pandang yang berbeza, tidak tegang dan kaku, bahkan melebihi yang lain dalam sikap lembut dan toleransi dst."
Nukilan-nukilan yang kami sampaikan di atas sengaja tidak kami bahaskan, kerana kebatilan dan penyimpangannya terlalu jelas bagi orang yang berakal, apalagi orang yang beriman kepada Allah Subhanahu wa Taala, Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam dan agama islam, seperti jelasnya matahari di siang terang
---------------
[1] Silahkan pembaca menilai sendiri betapa jauhnya ucapan ini menyimpang dari kebenaran, kerana semua orang muslim bahkan orang awam sekalipun mengetahui bahawa inti permusuhan kita terhadap orang-orang yahudi dan semua orang-orang kafir lainnya adalah permusuhan kerana agama.

Allah Subhanahu wa Taala berfirman:
Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu sehingga kamu mengikuti agama mereka. (QS. Al Baqarah: 120)
Allah juga berfirman:
Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS. An Nisaa: 101)
Dan masih banyak ayat-ayat yang semakna dengan dua ayat di atas.
[2] Penggalan terakhir ayat ini justru menunjukkan bahawa permusuhan kita dengan orang-orang Yahudi adalah kerana agama:
dan kerana mereka (orang-orang Yahudi) banyak menghalangi (manusia) dari jalan (agama) Allah. (QS. An Nisaa: 160)

Ucapan Hasan Al Banna ini juga dinukil oleh salah seorang tokoh besar IM lainnya, Abbas As Siisy dalam kitabnya Hasan Al Banna, Mawaaqifu fiid Dawati Wat Tarbiyyah (hal. 288, cet. Daarul Qabas, cet. ketiga). Kemudian juga dalam kitab tersebut hal. 319, pada sub judul: Bayaanu Fadhiilatil Mursyid fiil Mutamarish Shahafiy bil Markazil Aam (Penjelasan yang Mulia Mursyid/Pimpinan IM Dalam Sebuah Konferensi Pers di Markas Besar IM), berkata Abbas As Siisy:
Dalam konperensi pers yang diselenggarakan di gedung markas besar (IM) dalam rangka ulang tahun ke-20 berdirinya kelompok IM, ustaz mursyid IM (Hasan Al Banna) menyampaikan sebuah ceramah, yang di dalamnya dia berkata: Pergerakan IM bukanlah kelompok pergerakan yang ditujukan untuk melawan akidah (ideologi), agama, ataupun kelompok tertentu, kerana sesungguhnya perasan yang menguasai jiwa-jiwa pendiri pergerakan ini adalah bahawa sesungguhnya kaidah-kaidah pokok yang semua agama yang dibawa oleh para Rasul alaihi salam saat ini sungguh telah terancam oleh Al Ilhaadiyyah (pemahaman yang menentang dan mengingkari agama) dan Al Ibaahiyyah (pemahaman yang menghalalkan/membolehkan segala sesuatu yang diharamkan dalam agama), maka wajib bagi orang-orang yang beriman kepada agama-agama ini untuk saling berganding bahu dan mengarahkan usaha keras mereka untuk menyelamatkan umat manusia dari dua bahaya yang sedang menyusup secara perlahan-lahan ini. Dan IM tidaklah membenci dan menyembunyikan rasa antipati (dalam hati mereka) terhadap orang-orang asing yang tinggal sementara di negara-negara arab dan negara-negara Islam, sampai pun orang-orang Yahudi yang tinggal di negara ini (Mesir) tidak ada yang lain antara kita dan mereka kecuali hubungan-hubungan yang baik.







Pendapat Ustadz 'Abdullah Taslim Mengenai Ikhwani
islamic media ibnuisa files

pendapat ikhwanul muslim tentang syiah dan kelompok sesat yang lain

Salah satu di antara pemikiran yang sangat menyimpang yang ada pada IM adalah apa yang mereka namakan dengan At Taqriib Bainal Mazdaahibil Islaamiyyah (pendekatan antara berbagai kelompok/aliran dalam islam), bagaimanapun sesat dan menyimpangnya kelompok tersebut, salah satu di antara kelompok yang mereka ingin dekatkan adalah kelompok Syiah (Raafidhah) yang popular dengan segudang pemahaman sesat bahkan kufur waliyaadzu billaah yang mereka sebutkan dalam kitab-kitab mereka sendiri, seperti pengkafiran mereka terhadap majoriti Sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam - radiallahu anhum -, keyakinan mereka bahawa kitab suci Al Quran yang ada saat ini sudah berubah dan tidak murni lagi, tuduhan keji dan dusta mereka terhadap istri Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang suci, Aisyah radiallahu anha, penmuliaan mereka yang berlebihan terhadap imam-imam mereka, yang bahkan sampai pada tingkatan meyakini adanya sifat-sifat ketuhanan pada diri imam-imam tersebut, dan masih banyak pemahaman sesat dan kufur mereka lainnya.

Di antara bukti nyata yang menunjukkan sikap IM di atas adalah pujian, dukongan dan pembelaan mereka terhadap kelompok Syiah, termasuk dukongan terhadap revolusi Syiah di Iran, pertemuan persahabatan dengan tokoh-tokoh mereka, yang akan terlihat jelas dalam nukilan-nukilan yang akan kami bawakan sebagai berikut:
1. Mursyid (pimpinan) umum IM yang ke-3, Umar At Tilmisaany dalam kitabnya Dzikrayaat laa mudzakkiraat (hal. 249-250, cet. Daarul Itishaam, thn 1985 M) menukil ucapan Hasan Al Banna tentang Syiah, dia berkata:

Syiah adalah kelompok yang kurang lebih (dapat) disamakan dengan apa yang ada di antara mazhab yang empat di kalangan Ahlus Sunnah (memang) ada perbezaan (antara Ahlus Sunnah dan Syiah) tapi mungkin untuk dihilangkan, seperti: nikah mutah, jumlah istri (maksimal) bagi seorang (laki-laki) muslim yang ada pada sebahagian kelompok Syiah , dan yang semisalnya, yang mana perbezaan ini seharusnya tidak menjadi sebab pemutusan hubungan antara Ahlus Sunnah dan Syiah. Sungguh dua kelompok ini telah berjalan beriringan sejak ratusan tahun (yang lalu), tanpa ada saling bersinggungan di antara keduanya, kecuali (hanya sebatas) dalam tulisan-tulisan saja. Dan untuk diketahui, sesungguhnya tokoh-tokoh besar Syiah telah meninggalkan kepustakaan islam sebagai perbendaharaan yang selalu memenuhi perpustakaan-perpustakaan.

2. Dalam kitab yang sama, At Tilmisaany berkata:

Sekitar tahun 40-an seingatku yang mulia Al Qummy (salah seorang tokoh Syiah) pernah singgah sebagai tetamu IM di markas besar IM, pada waktu si Imam (Hasan Al Banna) sedang bergiat mengusahakan pendekatan antara kelompok-kelompok, (dengan tujuan) agar musuh-musuh islam tidak menjadikan perselisihan antara kelompok-kelompok ini sebagai celah untuk memecah belah persatuan islam. Suatu hari kami pernah bertanya kepada beliau (Hasan Al Banna) tentang seberapa jauh perbezaan antara Ahlus Sunnah dan Syiah, maka beliau melarang kami membicarakan masalah-masalah pelik seperti ini, yang tidak layak bagi kaum muslimin untuk menyibukkan diri dengannya, sementara kaum muslimin seperti yang anda saksikan saling berpecah dan musuh-musuh islam berusaha untuk semakin menyulut perpecahan tersebut, maka kami katakan kepada beliau: kami bertanya tentang hal ini bukan untuk bersikap fanatik atau untuk memperluas jurang perbezaan di antara kaum muslimin, akan tetapi kami bertanya untuk pengetahuan, kerana (perbezaan) antara Sunnah dan Syiah disebutkan dalam tulisan-tulisan yang sangat banyak jumlahnya, dan kami tidak punya waktu yang cukup untuk memungkinkan kami membahas (masalah ini) dalam referensi-referensi tersebut, maka beliau menjawab: Ketahuilah, sesungguhnya Ahlus Sunnah dan Syiah (semuanya) adalah kaum muslimin yang disatukan dengan kalimat Laa ilaaha illallah (tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah Subhanahu wa Taala) dan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah utusan Allah Jalla Jalaaluhu, inilah landasan akidah yang sama-sama ada pada Sunnah dan Syiah, dan di atas kesucian, adapun perbezaan di antara keduanya, maka hal itu (hanya) dalam perkara-perkara yang mungkin untuk didekatkan.


3. Dalam kitab Mauqifu Ulamaa-il Muslimiin Minasy Syiiati wats Tsauratil Islaamiyyah, yang ditulis oleh salah seorang tokoh IM, Dr. Izzuddiin Ibrahim (hal. 13, cet. Sabhar, Teheran, Iran, cet. ke-2 thn 1406 H), penulis tersebut berkata:
Di masa sekarang ini terbentuklah Jamaaatut Taqriib bainal Madzaahibil Islaamiyyah (kelompok yang bertujuan ingin mendekatkan/menyatukan aliran-aliran dalam islam), yang ikut berpartisipasi di dalamnya Imam Hasan Al Banna, berkata Ustadz Salim Al Bahansaawy salah seorang cendekiawan IM dalam kitabnya As Sunnatu al Muftara Alaiha (hal. 58): Sejak terbentuknya Jamaaatut Taqriib bainal Madzaahibil Islaamiyyah (kelompok yang bertujuan ingin mendekatkan/menyatukan aliran-aliran dalam islam), yang ikut memberikan sumbangan di dalamnya Imam Al Banna dan Imam Al Qummy (tokoh Syiah), dan saling kerjasama terus berjalan antara IM dan Syiah, yang hal ini menjadi sebab kunjungan Imam Nawwab Shafawy (tokoh Syiah) ke Kairo thn 1954 M. Di halaman yang sama dia berkata: Tidak ada yang aneh dalam sikap saling kerjasama tersebut, kerana prinsip-prinsip yang ada pada kedua kelompok inilah (IM dan Syiah) yang melahirkan sikap saling berkerjasama tersebut.


4. Umar At Tilmisaany dalam kitabnya Al Mulhamul Mauhuub Hasan Al Banna Ustaadzul Jiil (hal. 78, cet. Daarut Tauzii wan Nasyril Islaamiyyah) berkata:

Untuk tujuan mempersatukan kelompok-kelompok inilah Hasan Al Banna pernah menjamu Syaikh yang mulia Muhammad Al Qummy salah seorang tokoh besar dan pentolan Syiah di markas besar IM dalam waktu yang cukup lama, sebagaimana juga diketahui bahawa Imam Al Banna telah menemui seorang tokoh rujukan Syiah, Aayatullah Al Kaasyaany di sela-sela pelaksanaan ibadah haji tahun 1948 M, yang (pertemuan tersebut) menghasilkan kesesuaian fahaman antara keduanya, (sebagaimana hal ini) diisyaratkan oleh salah seorang figur IM saat ini yang sekaligus murid Imam Hasan Al Banna, iaitu Ustadz Abdul Mutaaal Al Jabry dalam kitabnya Limaadza Ugtiila Hasan Al Banna

5. Berkata salah seorang tokoh IM yang terkenal, Muhammad Al Gazaaly dalam kitabnya Difaaun Anil Aqiidati wasy Syariiati Dhiddu Mathaainil Mustasyrikiin (sebagaimana yang dinukil oleh tokoh IM lainnya, Dr. Izzuddiin Ibrahim dalam kitabnya Mauqifu Ulamaa-il Muslimiin Minasy Syiiati wats Tsauratil Islaamiyyah (hal. 22):

Sesungguhnya jarak perbezaan antara Syiah dan Sunnah adalah seperti jarak perbezaan antara mazhab fikih Abu Hanifah, mazhab fikih Malik, mazhab fikih Syafii kami memandang semuanya sama dalam mencari hakikat (kebenaran) meskipun caranya berbeza-beza.

6. Dalam kitab di atas (hal. 15) Dr. Izzuddiin Ibrahim menukil keterangan dari tokoh IM lainnya, Dr. Ishak Musa Al Husainy dalam kitabnya Al Ikhwaanul Muslimuun Kubral Harakaatil Islaamiyyatil Haditsah bahawa sebahagian mahasiswa dari kalangan Syiah yang dulunya pernah belajar di Mesir telah bergabung dalam kelompok IM, sebagaimana barisan kelompok IM di Irak beranggotakan banyak orang dari kalangan Syiah Al Imaamiyyah Al Itsnai Asyariyyah.

7. Dukongan dan pujian tokoh-tokoh IM terhadap revolusi Syiah di Iran, yang terlalu panjang untuk kami nukilkan dalam tulisan ini, lihat kitab Mauqifu Ulamaa-il Muslimiin Minasy Syiiati wats Tsauratil Islaamiyyah, yang ditulis oleh salah seorang tokoh IM, Dr. Izzuddiin Ibrahim (hal. 44-50).
Dan masih banyak ucapan dan sikap IM lainnya terhadap Syiah dan kelompok-kelompok sesat lainnya yang kerana khawatir tulisan ini menjadi terlalu panjang sehingga tidak kami nukilkan semuanya.



Pendapat Ustadz 'Abdullah Taslim Mengenai Ikhwani
islamic media ibnuisa files

sikap ikhwanul muslim terhadap penerapan hukum islam

Kita sering mendengar dan membaca seruan yang sering digembar-gemburkan oleh orang-orang-orang IM, iaitu tuntutan penerapan syariat/hukum Islam dalam undang-undang kenegaraan. Akan tetapi kalau kita cermati dengan saksama kenyataan dalam sikap dan ucapan tokoh-tokoh IM dalam menjelaskan masalah hukum Islam, kita akan dapati bukti nyata bahawa hukum Islam yang mereka inginkan bukanlah hukum Islam yang sebenarnya, dalam masalah pemerintahan misalnya, mereka memuji-muji dan sangat mendukung sistem demokrasi dan keparlemen (yang sangat berjauhan dengan syariat islam), kemudian dalam masalah ekonomi mereka justru mendukung fahaaman Isytiraakiyyah (sosialisme) yang diterapkan oleh negara-negara yang berfahaman komunis, juga dalam masalah peradilan, mereka memuji-muji sistem peradilan di Mesir yang notabene tidak berdasarkan syariat islam. Nukilan-nukilan berikut akan memperjelas kenyataan di atas
:
1. Ramai tokoh IM yang berprofesi sebagai Qadhi (hakim) dan pengacara pada peradilan Mesir yang tidak berdasarkan syariat islam, misalnya Hasan Al Hudhaiby Mursyid umum ke-2 IM adalah seorang penasihat konsultan perundangan (undang-undang buatan), sebagaimana yang disebutkan oleh Umar At Tilmisaany dalam kitabnya Dzikrayaat laa Mudzakkiraat (hal. 180). Umar At Tilmisaany mursyid ke-3 IM sendiri adalah seorang pengacara hukum, yang ketika Hasan Al Banna menawarkan kepadanya untuk menjadi salah seorang hakim di Mesir, At Tilmisaany menolak tawaran tersebut dengan tetap mengakui kemulian jabatan sebagai Hakim di Mesir, dan merasa bangga dengan profesen sebagai pengacara, lihat kitab Al Mudzakkiraat (hal. 261) tulisan At Tilmisaany. Dalam kitab yang sama (hal. 263) At Tilmisaany berkata:

Jika mereka bertanya kepadaku tentang hawa nafsu, maka aku adalah hawa nafsu, anak hawa nafsu, bapa hawa nafsu dan saudara hawa nafsu.

Demikian juga salah seorang petinggi IM, Abdul Qaadir Audah adalah seorang hakim di Mesir yang sangat dibangakan oleh orang-orang IM, seperti yang disebutkan oleh At Tilmisaany dalam kitab yang sama (hal. 281).

2. Adapun pujian IM terhadap undang-undang/hukum yang berlaku di peradilan Mesir, maka terlalu panjang untuk kami sebutkan, sebagai contoh, boleh pembaca lihat ucapan Hasan Al Banna yang dinukil dalam kitab Hasan Al Banna, Mabaadi-u wa Ushulun fii Mutamaraatin Khaashshah (hal. 43, cet. Al Muassasatul Islaamiyyah lith Thibaati wash Shahaafati wan Nasyr, cet. pertama). Demikian pula ucapan Mahmud Abdul Halim, salah seorang tokoh pendiri IM dalam kitabnya Al Ikhwanul Muslimun Ahdaatsun Shanaatit Taarikh (1/267), juga dalam kitab yang sama (2/283-284). Juga ucapan salah seorang tokoh IM di Yordania, Auni Jaduu Al Ubaidy dalam kitabnya Jamaatul Ikhwaanil Muslimiin fiil Urdun wa Falisthiin (hal. 145):

Sejarah dan kejayaan peradilan Mesir menjadi bukti kuat bahawa peradilan Mesir adalah benteng yang kukoh dan kuat dalam menjaga keadilan sepanjang masa

3. Salah seorang tokoh pendiri dan generasi pertama IM, Jaabir Rizq dalam kitabnya Hasan Al Hudhaiby, al Imaamul Mumtahan (hal. 226, cet. Daarul Liwaa) berkata:
Hukuman potong tangan dan keadaan kaum muslimin (saat ini): ketika pemerintah kaum muslimin lalai untuk mempersiapkan bagi masyrakatnya kehidupan sosial yang bersih dan mulia, mereka mendapati bahawa hukuman potong tangan tidak sesuai (lagi) dengan keadaan kaum muslimin (saat ini), sehingga mereka melarang (diterapkannya) hukuman ini, dan (sikap) mereka benar dalam melarang (diterapkannya) hukuman ini.

4. Adapun pujian dan dukungan IM terhadap penerapan sistem demokrasi, maka misalnya terlihat jelas dalam ucapan salah seorang petinggi IM, Fariid Abdul Khaaliq, yang dinukil oleh Mahmud Abdul Haliim dalam kitabnya Al Ikhwanul Muslimun Ahdaatsun Shanaatit Taarikh (3/27), Farid berkata:
Sesungguhnya kami (IM) ingin merealisasikan sistem demokrasi dan mengembalikan kehidupan (sistem) keparlemen


Dalam kitab dan halaman yang sama, ketika Farid berdialog dengan Jamal Abdun Naashir, dia berkata:
Sistem demokrasi, tidak ada pengganti baginya.

Kemudian dalam kitab yang sama (3/28), Farid berkata:
Sesungguhnya merubah arah hidup masyarakat tidak mungkin akan (berhasil dengan) sempurna kecuali dalam iklim kebebasan dan demokrasi yang membolehkan berkembangnya pemikiran-pemikiran yang benar.

5. Dalam kitab Hasan Al Banna, Mabaadi-u wa Ushulun fii Mutamaraatin Khaashshah (hal. 60), ucapan Hasan Al Banna yang mengatakan bahawa sistem demokrasi adalah sistem yang sangat sesuai dengan syariat Islam. Oleh kerana itulah Hasan Al Banna dua kali mencalonkan dirinya sebagai wakil IM dalam parlemen Mesir, sebagaimana yang disebutkan oleh Jaabir Rizq dalam kitabnya Hasan Al Banna Biaqlaami Talaamidzatihi wa Muaashiriihi (hal. 23-24).


6. Lihat juga surat yang ditulis oleh mursyid ke-2 IM, Hasan Al Hudhaiby kepada Jamaal Abdun Nashir, yang dinukil oleh Jabir Rizq dalam kitabnya Hasan Al Hudhaiby, al Imaamul Mumtahan (hal. 206), Al Hudhaiby berkata:
Tidak diragukan lagi bahawa kehidupan (dengan sistem) parlemen (demokrasi) adalah (satu-satunya) landasan yang suci bagi semua hukum di zaman sekarang ini

7. Dalam kitabnya Al Ikhwanul muslimun Ahdaatsun Shanaatit Taarikh (3/119-120), Mahmud Abdul Haliim menukil tuntutan IM kepada pemerintah Mesir:
Yang ketiga: Perbaikan dalam sistem perundang-undangan: , maka kalau demikian, tidak ada cara lain (kecuali) memikirkan (usaha) untuk mengembalikan bangunan kehidupan (sistem) parlemen dan undang-undang pemilihan umum berdasarkan pokok-pokok yang suci, sehingga sistem ini mampu menunaikan tugasnya seperti yang dicita-citakan.

8. Berkata Yusuf Al Qardhawy dalam kitabnya Aulawiyyatul Harakatil Islaamiyyah fiil Marhalatil Qaadimah (hal. 156-159):
Wajib bagi pergerakan Islam pada tahap akan datang untuk berdiri (tegak) menentang hukum diktator yang individualis dan kesewenang-wenangan dalam berpolitik serta penindasan terhadap hak-hak masyarakat, dan hendaknya pergerakan Islam selalu berada di barisan (yang mendukung) kebebasan berpolitik yang terwujud dalam sistem demokrasi yang murni dan bukan yang palsu

9. Mahmud Abdul Haliim dalam kitabnya Al Ikhwanul Muslimun Ahdaatsun Shanaatit Taarikh (3/83) juga menukil tuntutan IM kepada pemerintah Mesir dalam perbaikan di bidang ekonomi, iaitu penerapan sistem ekonomi sosialisme yang sangat bertentangan dengan syariat Islam.
Kemudian dalam kitab yang sama (3/84-85) Mahmud Abdul Halim menukil pernyataan IM:
Pada akhirnya, pemerintah Mesir telah melakukan suatu langkah besar dalam usaha perbaikan di bidang ekonomi dan sosial dengan pemerintah menetapkan dasar (sistem) pembatasan kepemilikan (yang bertujuan) untuk menghilangkan perbezaan (taraf hidup) pada semua tingkatan dalam masyarakat

10. Dalam kitab yang sama (3/110) Mahmud Abdul Haliim juga menukil pertanyaan Al Hudhaiby yang tidak keberatan dengan keberadaan sebuah parti komunis di Mesir.




Pendapat Ustadz 'Abdullah Taslim Mengenai Ikhwani
islamic media ibnuisa files

antara bid'ah yang di hidupkan ikhwanul muslim

1. Perayaan maulid Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
Berkata Mahmud Abdul Haliim dalam kitabnya Al Ikhwanul Muslimun Ahdaatsun Shanaatit Taarikh (1/109):
Kami dulu pergi bersama setiap malam ke masjid Sayyidah Zainab, lalu kami melaksanakan solat Isya, kemudian kami keluar dari masjid dan berbaris dalam beberapa shaff (di luar masjid), di depan kami berdiri ustaz mursyid (Hasan Al Banna) melantunkan salah satu dari nasyid-nasyid maulid Nabi shallallahu alaihi wa sallam, dan kami mengikuti lantunannya secara bersama-sama dengan suara yang keras (sehingga) mengundang perhatian (orang).
Lihat juga keterangan Abbas As Siisy dalam kitabnya Fii Qaafilatil Ikhwaanil Muslimin (1/48) dan (2/46). Juga dalam Majallatud Dawah (hal. 16, edisi ke-21, bulan Rabiul Awwal Tahun 1398 H) pimpinan Umar At Tilmisaany ketika menjadi mursyid IM.

2. Perayaan malam Isra dan Miraj.
Lihat ucapan At Tilmisaany dalam Majallatud Dawah (hal. 4-5, edisi ke-13, bulan Rajab tahun 1397 H). Dan ucapan As Siisy dalam kitabnya Fii Qaafilatil Ikhwaanil Muslimin (1/141-142).
3. Perayaan memperingati peristiwa perang Badar
Berkata Mahmud Abdul haliim dalam kitabnya Al Ikhwanul Muslimun Ahdaatsun Shanaatit Taarikh (3/127):
IM mengadakan pesta perayaan dalam rangka memperingati peristiwa perang Badar di cabang IM wilayah Abbaasiyyah di Kairo, dalam perayaan tersebut disampaikan ceramah mursyid umum IM yang kemudian dimuat dalam surat kabar pada hari berikutnya.

4. Perayaan memperingati peristiwa Hijrah Nabi shallallahu alaihi wa sallam.
Abbas As Siisy dalam kitabnya Fii Qaafilatil Ikhwaanil Muslimin (1/192) menceritakan perayaan IM dalam rangka memperingati peristiwa Hijrah Nabi shallallahu alaihi wa sallam, pada sub judul: Ceramah Ustadz Mursyid Umum (Hasan Al Banna) dalam perayaan (memperingati) Hijrah Nabi shallallahu alaihi wa sallam di masjid Sayyidah Zainab.
5. Perayaan dalam rangka mengenang Nawwaab Shafawy (tokoh Syiah).
Yang dilakukan oleh para mahasiswa IM di Iran, sebagaimana yang diceritakan oleh At Tilmisaany dalam kitabnya Dzikrayaat laa Mudzakkiraat (hal. 131).
6. Perayaan ulang tahun (berdirinya) kelompok IM.
Berkata Abbas As Siisy dalam kitabnya Fii Qaafilatil Ikhwaanil Muslimin (1/260):
IM merayakan ulang tahun ke-20 berdirinya kelompok tersebut.

7. Menghidupkan peringatan mengenang kematian Hasan Al Banna.
Berkata Mahmud Abdul haliim dalam kitabnya Al Ikhwanul Muslimun Ahdaatsun Shanaatit Taarikh (3/179):
Pada tanggal 12/2/1953 M para anggota Majlis Tsaurah menyatakan keinginan mereka untuk menziarahi tempat pemakaman Hasan Al Banna (dalam rangka) mengenang kematiannya, maka keinginan tersebut disambut baik oleh pihak IM, sehingga di tempat pemakaman mereka disambut oleh sejumlah besar anggota IM, yang dipimpin oleh mursyid umum IM (Hasan Al Hudhaiby).






Pendapat Ustadz 'Abdullah Taslim Mengenai Ikhwani
islamic media ibnuisa files

ucapan tokoh2 ikhwanul muslim yang menyimpang dari syariat islam

1. Mursyid umum IM pertama, Hasan Al Banna adalah pengikut tarekat sufi Al Hashaafiyyah Asy Syaadzaliyyah yang menganut fahaman kebatinan dan Wihdatul Wujud (fahaman yang meyakini bersatunya wujud Allah Subhanahu wa Taala dengan wujud makhluk, maha suci Allah Subhanahu wa Taala dari keyakinan kotor ini). Berkata Hasan Al Banna dalam kitabnya Mudzakkiraatud Dawati wad Daaiyah (hal. 27):
Aku menyertai para pengikut tarekat Al Hashaafiyyah di Damanhuur, dan aku selalu menghadiri Al Hadhrah (acara berkumpulnya orang-orang tarekat untuk menari-nari dan menyanyi) di masjid At Taubah pada setiap malam dan (ketika) sayyid Abdul Wahhab (pemberi ijazah keanggotaan pada tarekat Al Hashaafiyyah) datang aku pun menerima tarekat Al Hashaafiyyah Asy Syaadzaliyyah darinya, dan dia menyampaikan kepadaku gerakan-gerakan dan amalan-amalan tarekat ini.


Bahkan dia termasuk pendiri yayasan sufiyah Al Hashaafiyyah, sebagaimana yang diceritakannya sendiri dalam kitabnya tersebut (hal. 28). Dalam kitab Hasan Al Banna Biaqlaami Talaamidzatihi wa Muaashiriihi (hal. 70-71) Jabir Rizq menukil ucapan Abdurrahman Al Banna (saudara kandung Hasan Al Banna) tentang sebuah majlis zikir tarekat Al Hashaafiyyah yang dihadiri Hasan Al Banna, yang pada waktu itu dilantunkan sebuah nasyid yang isinya mengandung keyakinan Wihdatul Wujud (fahaman yang meyakini bersatunya wujud Allah Subhanahu wa Taala dengan wujud makhluk, maha suci Allah Subhanahu wa Taala dari keyakinan kotor tu). Kemudian pada kitab yang sama (hal. 71-72) sebuah nasyid yang berisi keyakinan bahawa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam hadir bersama mereka dalam acara peringatan maulid Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang mereka adakan


2. Hasan Al Banna melakukan perjalanan jauh untuk menziarahi kuburan orang-orang yang dianggap wali, sebagaimana yang dia sebutkan sendiri dalam kitabnya Mudzakkiraatud dawati wad daaiyah (hal. 33).

3. Hasan Al Banna mengingkari keluarnya Imam Al Mahdy di akhir zaman, padahal hadits-hadits yang menunjukkan keluarnya Al Mahdy adalah hadits-hadits yang shahih dan jumlahnya banyak sekali, bahkan mencapai darajat mutawatir. Dalam kitab Haditsuts Tsulaatsa li Hasan Al Banna (hal. 108, cet. maktabatul Quran), penyusun Ahmad Isa Aasyuur, Hasan Al Banna berkata:
Termasuk nasib baik, kami tidak melihat dalam Sunnah yang shahih hadits yang menetapkan (keluarnya) Al Mahdy, hadits-hadits yang menunjukkan hal ini berkisar antara hadits lemah atau palsu.

4. Mursyid umum IM ke-3, Umar At Tilmisany adalah penggemar goyangan disko ala Eropa dan muzik, sebagaimana yang diceritakannya sendiri dalam kitabnya Dzikrayaat laa Mudzakkiraat (hal. 8), dia berkata:
Aku mempelajari goyang disko ala Eropa di arena (disko) Imaadud diin, dengan caj 3 Junaih (mata wang Mesir) untuk setiap pengajaran satu jenis disko, maka aku mempelajari joget, fokesterot, charleston dan tango, dan aku juga mempelajari memetik alat muzik Uud (kecapi/biola).
Kalau ada yang menyangka bahawa hal ini dia lakukan sebelum dia bertaubat dan menjadi mursyid umum IM, maka persangkaan ini dibantah oleh dia sendiri dalam kitabnya tersebut (hal. 3 dan 17). Tidak cukup dengan menggemari kemungkaran-kemungkaran tersebut, mursyid IM ini bahkan melabel orang-orang yang mengingkari dan mencela kegemarannya tersebut sebagai orang-orang yang terlalu keras dan ekstrim, serta menyelisihi petunjuk Nabi shallallahu alaihi wa sallam yang selalu memilihi hal yang mudah dan meninggalkan yang susah, sebagaimana yang dia katakan dalam kitabnya di atas (hal. 4 dan 284).


5. Umar At Tilmisaany meninggalkan Solat Jumat untuk kerana menyaksikan pertunjukan film, sebagaimana yang dia sebutkan sendiri dalam kitabnya Dzikrayaat laa Mudzakkiraat (hal. 13), pada sub judul Aku pernah solat di (gedung) pertunjukan film, dia berkata:
Ketika aku menjalani profesiku sebagai pengacara, aku selalu datang (ke gedung pertunjukan film) pada hari jumat untuk menyaksikan pertunjukan film, biasanya aku menggunakan kesempatan waktu istirahat untuk melakukan jama dan qashar solat zuhur dan ashar, pada salah satu sudut gedung pertunjukan film tersebut.
Tidak cukup sampai disitu, bahkan dalam kitab Mudzakkiraat nya (hal. 73), At Tilmisaany mewajibkan hal ini (menyaksikan film, drama/theatre dsb) bagi para dai, dia berkata:
Termasuk kewajiban para dai adalah menguasai penggunaan semua sarana dan media informasi, termasuk film, drama dan tv

6. Umar At Tilmisaany adalah seorang perokok. Dalam kitabnya Dzikrayaat laa Mudzakkiraat (hal. 78) dia berkata:
Aku adalah seorang perokok, maka aku (pernah) berkata kepada imam (Hasan Al Banna): kalau engkau memerintahkan kepadaku (untuk meninggalkan rokok) maka akan aku tinggalkan, tapi kalau engkau diam maka aku akan terus (merokok), maka Hasan Al Banna menjawab: aku tidak memerintahkan dan juga tidak melarangmu.

Lihat juga ucapannya dalam kitab yang sama (hal. 26).
Demikianlah nukilan-nukilan yang dapat kami sampaikan dengan taufik dari Allah Subhanahu wa Taala yang kami rasa cukup untuk menjadi bukti yang menjelaskan hakikat dari kelompok IM yang sebenarnya. Tujuan kami menyampaikan ini semua tidak lain adalah untuk menunaikan kewajiban kami menyampaikan nasihat kepada saudara-saudara kami sesama kaum muslimin, khususnya bagi mereka yang terpengaruh/minimal kagum terhadap propaganda yang sering digembar-gemborkan oleh kelompok IM ini. Akhirnya, kami berdoa kepada Allah Subhanahu wa Taala agar sentiasa memberikan petunjuk dan taufik-Nya kepada kita semua, serta memudahkan kita mengetahui dan mengikuti jalan yang lurus dan benar, yang telah ditempuh oleh Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya radiallahu anhum, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.





Pendapat Ustadz 'Abdullah Taslim Mengenai Ikhwani
islamic media ibnuisa files

tandas penyatuan pemikiran

Tandas Penyatuan Pemikiran

Ikhwanul Muslimin terkenal dengan berpendirian suka mencipta dan memuja berbagai pandangan dan pengistilahan pemikiran yang bid’ah. Mereka pengkagum berbagai-bagai manhaj fikiran atau pemikiran walaupun pemikir (ahli fikir) yang diambil buah fikirannya telah jelas bid’ahnya, menyeleweng akidahnya atau orang-orang kafir seperti orientalis yang ditakjubi falsafah pemikirannya. Sehingga apabila mengadakan seminar, konvensen, wacana, foram atau seumpamanya sering diutamakan isu-isu berkait dengan pemikiran seperti memilih tajuk: Pemikiran Hasan al-Banna, Pemikiran Sayid Qutub dan akhirnya muncul laman web IPYQ (Institut Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi). Sememangnya mereka gemar mengulamakan ahli fikir atau pemikir.

Para pentaqlid, pengekor, pengikut, pengampu yang ekstrem dan jamaah Ikhwanul Muslimin itu sendiri (walaupun terdapat beberapa orang dari ulama mereka tidak berkeinginan seperti itu), mereka dikenali juga sebagai tandas, tong sampah atau setor pengumpul pemikiran yang dikumpul dari tokoh-tokoh yang diulamakan atau ditokohkan oleh mereka. Mereka tidak menapis pemikiran tersebut sekalipun datangnya dari ahli bid’ah dan ahli fikir yang berbagai-bagai aliran manhajnya walaupun sudah nyata kesesatannya. Tidak kira sama ada (manhaj) aliran pemikiran tersebut dari Syiah, Sufiyah, Kuburiyah, Muktazilah, Jahmiyah, Wahdatul Wujud, Nasara, pengganas atau kaum-kaum kuffar yang lain. Contohnya: Ikhwanul Muslimin memasukkan orang-orang Nasara sebagai kepimpinan dalam lajnah mereka kerana dikenali sebagai orang yang tajam pemikirannya. Dr. Abdul Fattah Muhammad al-Uweisi mengakui hakikat ini dan beliau menjelaskan:

“Sebagai bukti, Ikhwanul Muslimin melibatkan orang-orang Nasara dalam keanggotaan lajnah politik di bawah pemerhatian Ikhwanul Muslimin yang ditubuhkan pada l948M. Antara mereka yang beragama Nasara yang menjadi anggota Ikhwanul Muslimin ialah Wuheib Dus dan Akhnukh Louis Akhnukh”.
[1]

Hasan al-Banna telah membuat pengakuan:
:
وان تقتبس من كل فكرة قديما او حديثة

“Dan akan dikumpulkan (disatukan) segala jenis pemikiran, baik yang terdahulu atau yang terkini”.
[2]

Berkata Umar Tilmisani:

وبلغ من حرصه على توحيد كلمة المسلمين انه كان يرمي الى مؤتمر يجمع الفرق الاسلامية

“Dan dia telah menyampaikan keinginannya (Hasan al-Banna) untuk menyatukan kalimah Muslimin yang mana dia melontarkan keinginannya di Muktamar Menyatukan Firqah Islam (dengan firqah yang bukan Islam)”.
[3]
Al-Asmawy berkata:

“Hasan al-Banna telah menyatukan pemikiran Syaid Jamaluddin al-Afghani (seorang Syiah) dengan jalan (pemikiran) Muhammad Abduh”.
[4]

Untuk mengenal pengekor Ikhwanul Muslimin termasuk yang berlindung di bawah berbagai pertubuhan atau persatuan, sama ada di Malaysia atau di mana sahaja mereka berada ialah dengan mengenal perjuangan dan cita-cita utama mereka. Antara ciri-ciri mereka ialah berjuang menghidupkan, mempertahankan kemudian merealisasikan manhaj pemikiran para tokoh mereka tanpa dipersoalkan makruf atau batil terutamanya pemikiran Hasan al-Banna, Sayid Qutub, Yusuf al-Qaradhawi dan yang lain-lainnya. Sa’id Hawa rahimahullah dengan penuh keyakinan dan dengan rasa ghulu mewakili para pengekor Ikhwanul Muslimin sanggup berkata dan meluahkan isi hatinya:

ونعتقد انه لا جماعة كاملة للمسلمين الا بفكر الاستاذ البنا والا بنظرياته

“Kami beriktikad bahawasanya tidak ada jamaah yang sempurna bagi kaum muslimin kecuali dengan fikrah al-Ustaz al-Banna dan tidak akan sempurna kecuali dengan pandangan-pandangannya”.
[5]

Perkataan Sa’id Hawa dan para tokoh Ikhwanul Muslimin di atas ini ternyata bertentangan dengan sabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam yang menjelaskan bahawa di dalam Islam hanya terdapat satu sahaja manhaj yang membawa al-Jamaah yang mengikutinya ke syurga, selainnya adalah manhaj-manhaj yang ke neraka. Mereka itu adalah al-Jamaah yang meniti manhaj akidah, ibadah dan akhlak Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam dan bukanlah golongan yang hanya menjuruskan hala pemikirannya mengikut manhaj pemikiran atau fikrahnya Hasan al-Banna semata, kerana dikhuatiri umat akan merasakan seolah-olah Hasan al-Banna menyamai nabi dan rasul. Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam bersabda:

سَتَفْتَرِقْ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثِ وَسَبْعِيْنَ فَرْقَة كُلُّهَا فِى النَّارِ إِلاَّ الْجَمَاعَة.

“Akan berpecah umatku kepada 73 golongan, semuanya di dalam neraka kecuali al-Jamaah”.
[6]

Di hadis yang lain Rasulullah bersabda:

خَطَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا مُسْتَقِيْمًا ، وَخَطَّ خُطُوْطًا عَنِ الْيَمِيْنِ وَخَطَّ عَنِ الشِّمَالِ ثُمَّ تَلاَ قَوْل الله : (وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِيْ مُسْتَقَيْمًا) ثُمَّ وُضَعَ يَدَهُ عَلَى الْخَطِّ اْلأَوْسَطِ الْمُسْتَقِيْمِ فَقَالَ : هَذَا سَبِيْلُ اللهِ ، وَهَذِهِ سُبلٌ عَلَى كُلِّ سَبِيْلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُو إِلَيْهِ.

“Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam menggaris satu garisan yang lurus kemudian menggaris di sebelah kanan dan kirinya lalu membaca ayat: (Ini jalanKu yang lurus). Kemudian meletakkan tangan di atas garisan yang lurus itu kemudian bersabda: Inilah jalan Allah dan yang ini adalah jalan-jalan yang di atas setiap jalan tersebut ada syaitan yang menyeru kepadanya”.
[7]

Jalan-jalan yang melencong ke kanan atau ke kiri adalah jalan yang keluar dari manhaj jamaah kerana mereka mengikuti manhaj dan seruan syaitan. Adapun satu-satunya jalan yang panjang dan lurus itulah manhaj al-Jamaah dimana ianya hanya satu jalan sahaja tidak berbilang-bilang. Pengertian al-Jamaah pula telah dijelaskan oleh Ibn Masoud:

وَأَنَّ الْجَمَاعَةُ مَا وَافَقَ الْحَق وَإِنْ كُنْتَ وَحْدَكَ.

“al-Jamaah: Ialah sesiapa sahaja yang kembali kepada kebenaran walau ia hanya seorang diri”.
[8]

Kebenaran yang dimaksudkan oleh Ibn Masoud ialah apabila seseorang itu kembali kepada manhaj Salaf as-Soleh dalam memahami al-Quran dan hadis yang sahih termasuklah memilih manhaj akidah, ibadah dan akhlak, bukannya manhaj pemikiran Ikhwanul Muslimin yang bercelaru dan kehilangan panduan. Allah telah berfirman tentang manhaj yang benar:

اَلْحَقُ مِنْ رَبِّكَ فَلاَ تَكُوْنَّنَّ مِنَ الْمُمْتَرَيْنَ.

“Kebenaran itu dari Tuhanmu, janganlah kamu menjadi orang-orang yang ragu”.

Ayat ini menjelasakan bahawa hanya jamaah yang mengikuti kebenaran al-Quran dan al-Hadis sahaja yang diiktiraf sebagai al-Jamaah, bukan yang mengikuti fikrah, buah fikiran atau pandangan Hasan al-Banna, kerana fikrah dan pandangannya dipenuhi dengan fahaman Asy’ariyah (akidahnya) dan berbagai-bagai bid’ah dalam ibadahnya serta tariqat kesufian dan suluk di segi akhlaknya.




[1] . Lihat: Tasawwur Ikhwanul Muslimin lil Qadiyah Palestin. Hlm. 23.
[2] . Lihat: Muzakkirat ad-Dakwah wa Daiyah. Hlm. 353.
[3] . Lihat: al-Mulham al-Mauhub Hasan al-Banna. Hlm. 78. Tilmisani.
[4] . Lihat: Majalah ad-Dakwah. No 21. Rabiulawal 1398H. Hlm. 23.
[5] . Lihat: Jaulah fi Fiqhiyin al-Akbar as-Saghir. Hlm 79. Sa’id Hawa.
[6] . H/R Hakim dalam Mustadrak 1/128. Kitab al-Ilm.
[7] . H/R Nasaii, Darimi. al-Albani mengatakan sanadnya sahih.
[8] . Riwayat al-Baihaqi dalam al-Madkhal.
Lihat: Hawadis wal-Bida’ hlm.22. Abu Syamah. Disahihkan oleh Syeikh
Nasruddin al-Albani.
Lihat: الباعث على انكار البدع والحواتدث hlm. 91-92. Tahqiq Masyhur bin Hasan Salman.
Lihat: Syarah Usul iktiqad. No 160. al-Lalakaii.

ustaz rasul dahri
buku :ikhwanul muslim atau ikhwanul muflisin
http://ikhwanulmusliminatauikwanulmuflisin.blogspot.com
banksufi.blogspot.com


Artikel berkaitan:

tandas penyatuan pemikiran

Tandas Penyatuan Pemikiran

Ikhwanul Muslimin terkenal dengan berpendirian suka mencipta dan memuja berbagai pandangan dan pengistilahan pemikiran yang bid’ah. Mereka pengkagum berbagai-bagai manhaj fikiran atau pemikiran walaupun pemikir (ahli fikir) yang diambil buah fikirannya telah jelas bid’ahnya, menyeleweng akidahnya atau orang-orang kafir seperti orientalis yang ditakjubi falsafah pemikirannya. Sehingga apabila mengadakan seminar, konvensen, wacana, foram atau seumpamanya sering diutamakan isu-isu berkait dengan pemikiran seperti memilih tajuk: Pemikiran Hasan al-Banna, Pemikiran Sayid Qutub dan akhirnya muncul laman web IPYQ (Institut Pemikiran Yusuf al-Qaradhawi). Sememangnya mereka gemar mengulamakan ahli fikir atau pemikir.

Para pentaqlid, pengekor, pengikut, pengampu yang ekstrem dan jamaah Ikhwanul Muslimin itu sendiri (walaupun terdapat beberapa orang dari ulama mereka tidak berkeinginan seperti itu), mereka dikenali juga sebagai tandas, tong sampah atau setor pengumpul pemikiran yang dikumpul dari tokoh-tokoh yang diulamakan atau ditokohkan oleh mereka. Mereka tidak menapis pemikiran tersebut sekalipun datangnya dari ahli bid’ah dan ahli fikir yang berbagai-bagai aliran manhajnya walaupun sudah nyata kesesatannya. Tidak kira sama ada (manhaj) aliran pemikiran tersebut dari Syiah, Sufiyah, Kuburiyah, Muktazilah, Jahmiyah, Wahdatul Wujud, Nasara, pengganas atau kaum-kaum kuffar yang lain. Contohnya: Ikhwanul Muslimin memasukkan orang-orang Nasara sebagai kepimpinan dalam lajnah mereka kerana dikenali sebagai orang yang tajam pemikirannya. Dr. Abdul Fattah Muhammad al-Uweisi mengakui hakikat ini dan beliau menjelaskan:

“Sebagai bukti, Ikhwanul Muslimin melibatkan orang-orang Nasara dalam keanggotaan lajnah politik di bawah pemerhatian Ikhwanul Muslimin yang ditubuhkan pada l948M. Antara mereka yang beragama Nasara yang menjadi anggota Ikhwanul Muslimin ialah Wuheib Dus dan Akhnukh Louis Akhnukh”.
[1]

Hasan al-Banna telah membuat pengakuan:
:
وان تقتبس من كل فكرة قديما او حديثة

“Dan akan dikumpulkan (disatukan) segala jenis pemikiran, baik yang terdahulu atau yang terkini”.
[2]

Berkata Umar Tilmisani:

وبلغ من حرصه على توحيد كلمة المسلمين انه كان يرمي الى مؤتمر يجمع الفرق الاسلامية

“Dan dia telah menyampaikan keinginannya (Hasan al-Banna) untuk menyatukan kalimah Muslimin yang mana dia melontarkan keinginannya di Muktamar Menyatukan Firqah Islam (dengan firqah yang bukan Islam)”.
[3]
Al-Asmawy berkata:

“Hasan al-Banna telah menyatukan pemikiran Syaid Jamaluddin al-Afghani (seorang Syiah) dengan jalan (pemikiran) Muhammad Abduh”.
[4]

Untuk mengenal pengekor Ikhwanul Muslimin termasuk yang berlindung di bawah berbagai pertubuhan atau persatuan, sama ada di Malaysia atau di mana sahaja mereka berada ialah dengan mengenal perjuangan dan cita-cita utama mereka. Antara ciri-ciri mereka ialah berjuang menghidupkan, mempertahankan kemudian merealisasikan manhaj pemikiran para tokoh mereka tanpa dipersoalkan makruf atau batil terutamanya pemikiran Hasan al-Banna, Sayid Qutub, Yusuf al-Qaradhawi dan yang lain-lainnya. Sa’id Hawa rahimahullah dengan penuh keyakinan dan dengan rasa ghulu mewakili para pengekor Ikhwanul Muslimin sanggup berkata dan meluahkan isi hatinya:

ونعتقد انه لا جماعة كاملة للمسلمين الا بفكر الاستاذ البنا والا بنظرياته

“Kami beriktikad bahawasanya tidak ada jamaah yang sempurna bagi kaum muslimin kecuali dengan fikrah al-Ustaz al-Banna dan tidak akan sempurna kecuali dengan pandangan-pandangannya”.
[5]

Perkataan Sa’id Hawa dan para tokoh Ikhwanul Muslimin di atas ini ternyata bertentangan dengan sabda Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam yang menjelaskan bahawa di dalam Islam hanya terdapat satu sahaja manhaj yang membawa al-Jamaah yang mengikutinya ke syurga, selainnya adalah manhaj-manhaj yang ke neraka. Mereka itu adalah al-Jamaah yang meniti manhaj akidah, ibadah dan akhlak Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam dan bukanlah golongan yang hanya menjuruskan hala pemikirannya mengikut manhaj pemikiran atau fikrahnya Hasan al-Banna semata, kerana dikhuatiri umat akan merasakan seolah-olah Hasan al-Banna menyamai nabi dan rasul. Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam bersabda:

سَتَفْتَرِقْ أُمَّتِيْ عَلَى ثَلاَثِ وَسَبْعِيْنَ فَرْقَة كُلُّهَا فِى النَّارِ إِلاَّ الْجَمَاعَة.

“Akan berpecah umatku kepada 73 golongan, semuanya di dalam neraka kecuali al-Jamaah”.
[6]

Di hadis yang lain Rasulullah bersabda:

خَطَّ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا مُسْتَقِيْمًا ، وَخَطَّ خُطُوْطًا عَنِ الْيَمِيْنِ وَخَطَّ عَنِ الشِّمَالِ ثُمَّ تَلاَ قَوْل الله : (وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِيْ مُسْتَقَيْمًا) ثُمَّ وُضَعَ يَدَهُ عَلَى الْخَطِّ اْلأَوْسَطِ الْمُسْتَقِيْمِ فَقَالَ : هَذَا سَبِيْلُ اللهِ ، وَهَذِهِ سُبلٌ عَلَى كُلِّ سَبِيْلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُو إِلَيْهِ.

“Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa-sallam menggaris satu garisan yang lurus kemudian menggaris di sebelah kanan dan kirinya lalu membaca ayat: (Ini jalanKu yang lurus). Kemudian meletakkan tangan di atas garisan yang lurus itu kemudian bersabda: Inilah jalan Allah dan yang ini adalah jalan-jalan yang di atas setiap jalan tersebut ada syaitan yang menyeru kepadanya”.
[7]

Jalan-jalan yang melencong ke kanan atau ke kiri adalah jalan yang keluar dari manhaj jamaah kerana mereka mengikuti manhaj dan seruan syaitan. Adapun satu-satunya jalan yang panjang dan lurus itulah manhaj al-Jamaah dimana ianya hanya satu jalan sahaja tidak berbilang-bilang. Pengertian al-Jamaah pula telah dijelaskan oleh Ibn Masoud:

وَأَنَّ الْجَمَاعَةُ مَا وَافَقَ الْحَق وَإِنْ كُنْتَ وَحْدَكَ.

“al-Jamaah: Ialah sesiapa sahaja yang kembali kepada kebenaran walau ia hanya seorang diri”.
[8]

Kebenaran yang dimaksudkan oleh Ibn Masoud ialah apabila seseorang itu kembali kepada manhaj Salaf as-Soleh dalam memahami al-Quran dan hadis yang sahih termasuklah memilih manhaj akidah, ibadah dan akhlak, bukannya manhaj pemikiran Ikhwanul Muslimin yang bercelaru dan kehilangan panduan. Allah telah berfirman tentang manhaj yang benar:

اَلْحَقُ مِنْ رَبِّكَ فَلاَ تَكُوْنَّنَّ مِنَ الْمُمْتَرَيْنَ.

“Kebenaran itu dari Tuhanmu, janganlah kamu menjadi orang-orang yang ragu”.

Ayat ini menjelasakan bahawa hanya jamaah yang mengikuti kebenaran al-Quran dan al-Hadis sahaja yang diiktiraf sebagai al-Jamaah, bukan yang mengikuti fikrah, buah fikiran atau pandangan Hasan al-Banna, kerana fikrah dan pandangannya dipenuhi dengan fahaman Asy’ariyah (akidahnya) dan berbagai-bagai bid’ah dalam ibadahnya serta tariqat kesufian dan suluk di segi akhlaknya.




[1] . Lihat: Tasawwur Ikhwanul Muslimin lil Qadiyah Palestin. Hlm. 23.
[2] . Lihat: Muzakkirat ad-Dakwah wa Daiyah. Hlm. 353.
[3] . Lihat: al-Mulham al-Mauhub Hasan al-Banna. Hlm. 78. Tilmisani.
[4] . Lihat: Majalah ad-Dakwah. No 21. Rabiulawal 1398H. Hlm. 23.
[5] . Lihat: Jaulah fi Fiqhiyin al-Akbar as-Saghir. Hlm 79. Sa’id Hawa.
[6] . H/R Hakim dalam Mustadrak 1/128. Kitab al-Ilm.
[7] . H/R Nasaii, Darimi. al-Albani mengatakan sanadnya sahih.
[8] . Riwayat al-Baihaqi dalam al-Madkhal.
Lihat: Hawadis wal-Bida’ hlm.22. Abu Syamah. Disahihkan oleh Syeikh
Nasruddin al-Albani.
Lihat: الباعث على انكار البدع والحواتدث hlm. 91-92. Tahqiq Masyhur bin Hasan Salman.
Lihat: Syarah Usul iktiqad. No 160. al-Lalakaii.

ustaz rasul dahri
buku :ikhwanul muslim atau ikhwanul muflisin
http://ikhwanulmusliminatauikwanulmuflisin.blogspot.com
banksufi.blogspot.com

Artikel berkaitan: